Entry Populer

Kamis, 30 Desember 2010

Kepak Sayap Garuda

Tahun 2010 akan segera berakhir dalam hitungan jam.
Telah banyak kejadian menarik terjadi di tahun ini,
Ada tawa, ada canda, ada perjalanan panjang menemukan jati diri,
Ada airmata saat harus melepas kepergian seorang ekonom wanita terbaik Indonesia ke Washington DC,
Ada keharuan mengetahui masih banyak orang yang peduli pada sesamanya saat daerah Mentawai, Wasior, Yogyakarta tertimpa bencana alam,
Ada kekecewaan melihat tenaga kerja wanita Indonesia dihina dan direndahkan di negara lain tanpa pembelaan yang berarti dari pemerintah,
Ada kekecewaan melihat beberapa rumah ibadah diganggu ketentramannya oleh pihak-pihak yang tidak menghargai keberagaman,
Ada harapan untuk kembali bangkit bagi persepakbolaan Indonesia yang sempat terpuruk,
Ada harapan bahwa bangsa Indonesia masih mempunyai rasa Nasionalisme yang tinggi, karena ternyata selama ini hal tersebut tertutup oleh kekecewaan akibat pertikaian tak berujung antara politikus dan pemimpin negara.

Tahun 2011 akan segera tiba.
Masih ada harapan untuk bisa bangkit dari keterpurukan.
Masih ada harapan untuk bisa bangkit dari rasa rendah diri berkomunikasi dengan negara-negara tetangga di kancah internasional.
Masih ada harapan untuk meningkatkan rasa persaudaraan di antara warga negara Indonesia.
Masih ada harapan untuk saling menghargai keberagaman budaya dan agama.
Masih ada harapan untuk memperbaiki kepengurusan PSSI....*hehehe*
Masih ada harapan bagi Garuda untuk mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi.
Burung Garuda merupakan simbol kebesaran dan kedigdayaan, jika bukan kita yang memupuk rasa bangga dan harapan untuk bangkit, siapa lagi yang akan melakukannya?
Selamat Tahun Baru 2011. Bangkitlah Indonesiaku.....

Kamis, 18 November 2010

Harapan itu (Ternyata) Masih Ada.....

Mengamati dan membaca peristiwa yang terjadi belakangan ini di Indonesia, membuat hati menjadi miris, bagaimana tidak, semua segi kehidupan bernegara sedang bermasalah. Mulai dari masalah pengemplangan pajak, korupsi, kasus mafia pengadilan, dan masalah politik yang carut marut tak karuan. Berita yang paling menyayat hati adalah saat seorang Gubernur Sumatra Barat tega melenggang pergi ke Jerman di saat rakyat Mentawai yang seharusnya menjadi prioritas perhatian, sedang menderita terkena musibah tsunami. Hal-hal tersebut membuat diri menjadi skeptis sehingga terlintas pertanyaan di dalam benak: masih adakah hal yang dapat dibanggakan di negara ini?

Walaupun rasa skeptis dan hilang harapan itu begitu besar, namun hati saya yang terdalam tetap berharap masih ada hal yang dapat dibanggakan di negeri ini, meskipun prosentase kemungkinannya mungkin hanya 1% saja. Namun harapan itu terjawab saat saya mendengar siaran radio yang sedang membahas topik mengenai hari pahlawan, penyiar mengatakan bahwa ternyata Indonesia mempunyai pahlawan kemanusiaan masa kini yang telah menerima penghargaan sebagai salah satu CNN Heroes 2009. Pahlawan kemanusiaan itu bernama Kapten Budi Soehardi. Penyiar radio pun mengajak pendengarnya untuk melihat youtube website di http://www.youtube.com/watch?v=8piacipZ5wU.

foto koleksi CNN

penghargaan CNN Heroes 2009 diberikan oleh aktris Holywood Kate Hudson
foto koleksi John Shearer


Melihat tayangan malam penghargaan CNN Heroes 2009 tersebut membuat hati jadi terharu. Ternyata masih ada orang Indonesia yang dapat dibanggakan, apalagi tindakannya untuk mendirikan sebuah panti asuhan bagi anak-anak di perbatasan Indonesia-TimorTimur itu dibiayai dari gajinya sebagai pilot pesawat terbang. Penampungan anak yatim piatu tersebut diberi nama Panti Asuhan Roslin, didirikannya sejak tahun 1999 saat terjadi konflik pelepasan daerah TimorTimur menjadi negara baru yang menimbulkan konsekuensi anak-anak menjadi yatim piatu, kehilangan orang tuanya yang tewas dalam peristiwa tersebut. Rasa haru dan bangga timbul di hati saat melihat ratusan hadirin acara bergengsi itu berdiri dan bertepuk tangan menghargai ketulusan hati Kapten Budi Soehardi. Sungguh peristiwa yang mengharukan, sampai-sampai seorang teman mengaku terus terang bahwa ia menangis terharu melihat video ini padahal ia adalah seorang pria. Menurut saya, hal itu sah-sah saja, bukankah air mata yang mengalir karena terharu dengan kebaikan hati orang lain tidak mengenal gender ataupun usia? Kapten Budi Soehardi, saya bangga atas tindakan Anda dan semoga semakin banyak orang terinspirasi dengan kebaikan hati Anda.

Senin, 25 Oktober 2010

Semangat Generasi Muda Indonesia

Menjelang peringatan hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober, sebuah artikel menarik mengenai hal yang membanggakan bangsa Indonesia tercetak di surat kabar nasional. Artikel tersebut membahas program "Indonesia Mengajar", sebuah kegiatan yang diprakarsai oleh Bapak Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, Jakarta. Gerakan ini memiliki tujuan untuk mencari generasi muda terbaik yang akan ditempatkan sebagai guru Sekolah Dasar di daerah terpencil selama satu tahun. Ide tersebut tercetus mengingat kondisi masih banyaknya sekolah dasar di daerah terpencil yang dibimbing oleh guru-guru dengan kualitas yang tidak sesuai dengan standar. Selama bertugas, generasi muda terbaik ini akan mendapatkan uang saku Rp. 3.2 juta sampai Rp. 4.8 juta per bulan tergantung dari daerah tugas.

Meskipun persyaratannya cukup ketat, indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 3, berusia di bawah 25 tahun dan berbagai persyaratan lain, tercatat 1.383 orang mendaftar program ini. Mereka merupakan lulusan terbaik dari berbagai perguruan tinggi. Dan setelah diseleksi ketat, terpilih 160 orang, kemudian melalui proses seleksi lebih lanjut terpilih 51 sarjana berkualitas terbaik yang akan ditempatkan di lima daerah terpencil yakni di Kabupaten Halmahera Selatan (Maluku Utara), Kabupaten Paser (Kalimantan Timur), Kabupaten Bengkalis (Riau), Kabupaten Majene (Sulawesi Barat) dan Kabupaten Tulang Bawang Barat (Lampung).

Meskipun mereka akan ditempatkan di daerah terisolasi yang sarana transportasinya sangat sulit, listrik terbatas dan tidak ada sinyal telepon apalagi internet, para sarjana berkualitas tersebut sangat antusias akan tantangan yang akan dihadapinya. Bahkan salah seorang di antara mereka, dengan kesadaran tinggi, rela meninggalkan kehidupan yang sangat layak di Singapura dengan gaji besar di perusahaan multinasional, demi tujuan mulia untuk memberikan pendidikan yang bermutu dan memberikan motivasi untuk belajar dengan giat kepada anak-anak di daerah terpencil. Sebelum berangkat ke daerah terpencil, para calon pengajar ini diberikan pelatihan di asrama selama tujuh minggu, termasuk cara mengajar, kurikulum pengajaran, ekstrakurikuler, sampai menjaga kesehatan di daerah terpencil. Di dalam asrama, aliran listrik dimatikan setelah pukul 10 malam dan telepon seluler disimpan panitia supaya mereka tidak kaget menghadapi keadaan minim listrik di daerah tujuan pengajaran.

Artikel tersebut seperti angin segar di antara pemberitaan negatif yang selalu dibaca dan dilihat oleh bangsa Indonesia akhir-akhir ini mengenai tawuran antar warga, demonstrasi mahasiswa yang anarkis dan beringas maupun tim sepakbola nasional yang kurang bisa dibanggakan. Bangsa Indonesia ternyata masih punya harapan untuk bangkit dari keterpurukannya. Generasi muda Indonesia, ayo tunjukkan semangatmu demi kemajuan negeri ini!


Sumber tulisan: artikel Pengajar Muda, Mereka yang Dibutuhkan Negeri Ini, Kompas,21 Oktober2010,hal.1 & 15, THY

Rabu, 20 Oktober 2010

Resensi Buku: John Perkins, Confessions of an Economic Hit Man




     Membaca sebuah buku seperti membuka jendela dan seketika kalimat pertama terbaca, saat itu pula kita seakan-akan melompat masuk ke dalam lokasi pembahasan cerita untuk kemudian berjalan mengikuti alur cerita buku tersebut. Hal tersebut dirasakan saat membaca buku Confessions of an Economic Hit Man dengan tahun 1963 sebagai awal pembahasan cerita. Buku ini termasuk buku yang kontrovesional, sebab sang penulis, John Perkins, membuat sebuah gebrakan yang cukup berani untuk mengakui pengalamannya bekerja sebagai seorang pelayan kepentingan korporatokrasi (koalisi pemerintah, bank dan korporasi) Amerika Serikat dan memberikan andil yang cukup besar penyebab terjadinya beberapa peristiwa dramatis dalam sejarah, seperti kejatuhan Shah Iran, kematian presiden Panama Omar Torrijos dan invasi Amerika ke Panama & Irak.


     Korporatokrasi bukanlah sebuah konspirasi, tetapi anggota-anggotanya mendukung nilai dan sasaran bersama. Salah satu fungsi korporatokrasi yang terpenting adalah mengabadikan dan secara terus menerus memperluas dan memperkuat sistem ketergantungan sebuah negara dengan menyajikan model untuk mengkonsumsi, mengkonsumsi, mengkonsumsi. Setiap kesempatan akan dipergunakan untuk menyakinkan  suatu bangsa bahwa membeli berbagai barang adalah salah satu kewajiban sebagai warga negara dan menjarah bumi adalah tindakan yang baik dilakukan atas nama laju ekonomi dan hal itu akan memenuhi kepentingan yang lebih tinggi. Economic Hit Man merupakan sekelompok laki-laki dan perempuan elite yang memanfaatkan organisasi keuangan international untuk menimbulkan kondisi yang menjadikan bangsa-bangsa lain tunduk pada corporatocacy. Kondisi tersebut diskenariokan dalam bentuk pinjaman untuk mengembangkan infrastruktur seperti: pembangkit tenaga listrik, jalan raya, pelabuhan, bandar udara atau kawasan industri. Salah satu syarat pinjaman adalah: perusahaan kontraktor dari negara Amerika Serikat-lah yang mesti membangun semua proyek itu. Meskipun faktanya uang itu dikembalikan kepada korporasi, negara penerima bantuan diharuskan untuk membayar semuanya kembali, pokok pinjaman beserta bunganya. Jika seorang EHM berhasil sepenuhnya, pinjaman itu akan sedemikian besarnya sehingga penerima pinjaman terpaksa mengalami gagal bayar hutang sesudah beberapa tahun dan seperti mafia, para EHM akan menuntut pembayaran penuh.


     Proses awal keterlibatan John Perkins dalam kegiatan korporatokrasi dimulai ada tahun 1971 saat ia menjalani proses perekrutan terselubung oleh United States National Security Agency dan tercantum sebagai penerima gaji dari perusahaan konsultan international untuk kemudian berkelana ke berbagai pelosok dunia (Indonesia, Panama, Ekuador, Kolombia, Saudi Arabia, Iran dan negara strategis lainnya). Lebih spesifik mengenai pekerjaannya, seorang Economic Hit Man akan memprediksi efek menginvestasikan miliaran dolar di suatu negara, dengan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 20 hingga 25 tahun ke depan dan mengevaluasi dampak berbagai proyek. Sebagai contoh, jika keputusan telah dibuat untuk meminjamkan uang USD $1 miliar kepada suatu negara, maka mereka akan membandingkan manfaat investasi uang tersebut jika diinvestasikan ke dalam proyek pembangkit tenaga listrik atau jaringan jalan kereta api nasional atau sistem telekomunikasi. Tugas pertama John Perkins adalah menghitung proyeksi ekonomi investasi sebuah negara berkembang yang berlokasi di wilayah tropis yang kaya minyak dan menurut pejabat pemerintahan Amerika Serikat pada waktu itu negara tersebut perlu diselamatkan dari paham komunisme, Indonesia.


     Jakarta sebagai ibu kota Indonesia pernah ditinggalinya untuk beberapa waktu dan ia terkesan dengan hal-hal indah dan tragis yang terekam dalam pengamatannya. Rumah-rumah besar kolonial Belanda dan bangunan mesjid-mesjid dengan menaranya, sementara itu di pojokan kota terlihat penderita-penderita kusta yang mengulurkan puntungan daging berdarah sebagai ganti tangan. Sungai-sungai jaman Belanda telah berubah fungsi menjadi comberan dengan dikelilingi oleh gubuk-gubuk karton tempat seluruh keluarga tinggal di sepanjang tepi sungai hitam yang penuh sampah. Tugas pertama melakukan prediksi investasi infrastruktur di Indonesia telah dilakukan dengan hasil yang cukup memuaskan sehingga John Perkins pun ditugaskan ke beberapa negara berkembang lainnya.


     Kejadian tragis apakah yang membuat John Perkins berani mengambil keputusan untuk menuliskan buku mengenai kegiatan masa lalunya sebagai EHM? Seberapa jauh keterlibatannya dalam peristiwa terbunuhnya Presiden Panama Omar Torrijos dalam sebuah kecelakaan pesawat? Semua hal itu dapat Anda baca lebih lanjut dalam buku pengakuan dosa yang menarik ini apalagi beberapa bab di awal buku membahas negara kita tercinta, Indonesia.


Judul Buku : Confessions of an Economic Hit Man (edisi Indonesia)
Penulis       : John Perkins
Publikasi     : Penerbit Abdi Tandur


Selasa, 19 Oktober 2010

Danau Tiga Warna Kelimutu, Flores


Pada suatu pagi hari yang cerah, sebuah pesawat terbang komersial tujuan Maumere-Denpasar melintas di atas Danau Tiga Warna Kelimutu di Pulau Flores. Terdengar pemberitahuan dari pengeras suara pesawat bahwa pilot akan memberikan kesempatan kepada para penumpang untuk mengabadikan keindahan danau tersebut. Setelah meminta seluruh penumpang untuk memasang sabuk pengaman, sang pilot dengan sengaja memiringkan badan pesawat ke arah kanan sehingga penumpang yang duduk di sebelah kanan dapat mengabadikannya dengan kamera mereka. Beruntung pada saat itu, sebagai penumpang pesawat, saya dan kawan-kawan duduk di posisi strategis, sehingga dapat memotret foto tampak atas ketiga danau yang terletak di kaki Gunung Kelimutu tersebut. Kami dapat dikatakan beruntung bisa memotret tampak atas, sebab walaupun kami telah berkunjung ke sana, sangat sulit untuk dapat membuat foto area secara keseluruhan karena posisi ketiga danau tidak berdampingan.

Sebelum pergi meninggalkan Pulau Flores, kami sempat menginap di Kampung Moni yang terletak di desa Koanara, Kabupaten Ende. Tujuan utama kami adalah melihat matahari terbit di Danau Tiga Warna dan Kampung Moni merupakan perkampungan paling dekat dengan kaki Gunung Kelimutu sehingga banyak dibangun penginapan sederhana di sana sebagai tempat peristirahatan bagi turis yang memiliki niat mengunjungi Danau Kelimutu di pagi hari. Dibutuhkan waktu 45 menit perjalanan dari Kampung Moni menuju halaman parkir Taman Nasional Gunung Kelimutu dengan kendaraan bermotor dan setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki mendaki tangga selama 30 menit sampai di bibir danau. Perjalanan yang sedikit melelahkan, namun pemandangan yang kemudian terbentang di hadapan kami dapat mengobati rasa lelah itu.

Saoria Wisata Cottage

Menurut sejarahnya, Gunung Kelimutu pernah meletus pada tahun 1886 dengan meninggalkan kawah berbentuk tiga buah danau yang letaknya berdekatan. Area tersebut diresmikan sebagai Taman Nasional sejak tanggal 26 Februari 1992. Masyarakat setempat meyakini bahwa setelah seseorang meninggal dunia, arwahnya akan tinggal di Kelimutu dan menempati salah satu dari ketiga danau tersebut tergantung usia dan perbuatannya sebelum meninggal, yaitu: Danau Muda-Mudi (Tiwu Nuamuri Koofai), Danau Orang Jahat (Tiwu Ata Polo) dan Danau Orang Tua (Tiwu Ata Mbupu). Salah satu misteri yang terjadi di area tersebut adalah warna dari masing-masing danau dapat berubah-ubah dengan sendirinya tanpa dapat diduga oleh penduduk sekitar. Menurut papan informasi yang terdapat di lokasi wisata, kondisi ini disebabkan oleh kandungan mineral yang terdapat di dalam air danau. Saat kami berkunjung ke area tersebut di akhir bulan Maret 2010, Danau Muda-Mudi berwarna hijau muda, Danau Orang Jahat berwarna hijau tua dan Danau Orang Tua berwarna coklat kehitaman.

Danau Muda-Mudi (Tiwu Nuamuri Koofai)


Danau Orang Tua (Tiwu Ata Mbupu)

Danau Tiga Warna Kelimutu dapat ditempuh dari kota Maumere yang berjarak 83 kilometer dengan menggunakan mobil sewaan dengan kisaran biaya sekitar Rp. 600.000 untuk perjalanan Maumere-Kelimutu-Maumere dan biaya penginapan di Kampung Moni sekitar Rp.90.000-150.000 per kamar yang dapat ditempati oleh 4 orang. Apakah Anda penasaran ingin membuktikan fenomena alam perubahan warna dari ketiga danau tersebut? Janganlah ragu untuk mengunjungi kawasan wisata di Kabupaten Ende, Pulau Flores ini. Pengalaman mendaki kaki Gunung Kelimutu dan pemandangan alam Danau Tiga Warna Kelimutu akan selalu dapat membuat para pengunjungnya tersenyum bahagia.

Kami, empat wanita penjelajah Pulau Flores (Sule, Kaka, Tante Christine & phendrani), telah berhasil mencapai Danau Tiga Warna Kelimutu. Bagaimana dengan Anda?

Kamis, 16 September 2010

Jejak Kakiku di Bangkok

Tulisan di bawah ini merupakan detail perjalanan yang pernah saya tulis pada awal tahun 2007 mengenai informasi yang bermanfaat untuk diketahui bagi Anda yang memiliki keinginan melakukan perjalanan ke kota Bangkok dan sekitarnya. Semoga bermanfaat.

Pada sebuah hari yang cerah di bulan Desember 2006, sebuah pesawat berbudget rendah dengan nomor penerbangan AK882 mendarat dengan lancar di Suvarnabhumi Airport. Semua penumpang bersiap-siap untuk berdiri dan menurunkan tas mereka dari kabin pesawat, termasuk saya. Bagaimana saya bisa berada di dalam pesawat itu? Wah, Anda pasti penasaran kan? Hmm, untuk mempersiapkan perjalanan backpacker kali ini, saya membutuhkan waktu selama satu bulan. Backpacker adalah sebutan untuk orang yang melakukan perjalanan ke suatu daerah yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya tanpa bantuan tour ataupun kenalannya dan dengan biaya yang murah, tentunya.

Seorang backpacker harus membuat sendiri rencana perjalanannya dan ia harus melakukan survey mendalam terhadap daerah/negara yang akan dikunjunginya. Seperti seorang serdadu yang akan pergi ke medan perang, seorang backpacker harus mengetahui secara detil alat transportasi yang akan digunakan, penginapan murah meriah, letak obyek-obyek wisata yang menarik dan tentu saja sebuah peta daerah tersebut dengan detail akurat.

Proses survey yang saya lakukan tidaklah sesulit yang dibayangkan orang, karena di jaman canggih seperti ini, internet merupakan sumber informasi yang sangat berguna dan membuat semua hal menjadi lebih mudah. Maka saya mulai mencari penerbangan murah meriah dan aman, dan akhirnya ditemukan sebuah perusahaan penerbangan yang memberikan tiket murah ke Bangkok dengan informasi perusahaan penerbangan tersebut tidak memotong biaya dari safety equipment, tapi memotong harga tiket dari biaya makanan. Kemudian setelah memesan kursi pesawat dan kamar hotel yang murah secara online, saya pun mempersiapkan diri untuk menjalani perjalanan penuh tantangan ini dengan berdoa kepada Tuhan. Bukankah manusia bisa membuat rencana, tapi Tuhan yang menentukan?

Tanggal 25 Desember 2006, saya pun tiba dengan selamat di Suvarnabhumi Airport, Bangkok. Puji Tuhan karena kami berhasil mendarat di negara seribu pagoda dan sepertinya ini adalah hadiah Natal yang terindah bagi kami. Setelah selesai menghadapi rangkaian proses administrasi di meja imigrasi, saya dan Prathiwi Widyatmi (rekan backpacker) berjalan menuju pintu keluar bandara. Di dekat pintu keluar bandara, terdapat bilik pembelian tiket Airport Transfer Bus (seperti Damri di Jakarta), dan dengan membayar 150 baht, kami dapat tiba di Siam Centre yang berada di pusat kota Bangkok. Bila dibandingkan dengan menggunakan jasa taksi, biaya tiket Airport Transfer Bus ini lebih murah, karena waktu tempuh antara Suvarnabhumi dan pusat kota adalah 1 jam 15 menit dengan karakteristik lalu lintas yang hampir sama dengan Jakarta, yaitu: macet.

Setibanya di Siam Centre, kami mencari taksi yang bisa mengantarkan kami ke Homduang Boutique Hotel, disanalah kami telah memesan sebuah kamar hotel secara online. Pada saat inilah, mulai terasa perjuangan yang harus dialami oleh seorang petualang. Mayoritas penduduk Bangkok tidak menguasai bahasa Inggris. Namun, untunglah kami bertemu dengan seorang bapak supir taksi yang sangat baik hati. Walaupun ia tidak mengerti bahasa Inggris dan tidak mengetahui keberadaan hotel yang kami sebutkan, namun ia dengan ketulusan hatinya, menepikan taksi-nya di dekat sebuah telepon umum dan meminta nomer telepon hotel tersebut dari saya. Pak supir ini dengan gagah berani keluar dari mobil dan menuju telepon umum untuk menghubungi staff hotel dan menanyakan arah. Setelah ia mengetahui letak hotel tersebut, ia kembali ke dalam mobil dan mengantarkan kami sampai depan lobby Homduang Hotel. Wow, saya sangat terharu melihat ketulusan hati si bapak supir ini, sehingga setelah sampai di depan lobby hotel, saya menjabat tangan pak supir, membayar biaya taksi dan mengganti biaya yang ia keluarkan saat menelepon tadi.

Setelah proses check in selesai, kami beristirahat sejenak. Tujuan berikutnya adalah makan malam dan mengunjungi Suan Lum Night Bazaar. Seperti kebanyakan wanita Indonesia, kami sangat senang berkunjung ke sebuah pasar malam. Hmm, memang sangat menyenangkan menjadi seorang wanita. Setelah puas melihat dan berkeliling pasar malam, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Jam tangan saya telah menunjukkan angka 10. Kami menunggu taksi di pinggir jalan, ketika tiba-tiba muncul sebuah tuk-tuk (kendaraan khas Thailand, seperti bemo di Jakarta), kami pun memiliki ide untuk menghentikannya. Tuk-tuk tersebut melintas di hadapan kami dengan kecepatan tinggi, sehingga kami merasa tidak mungkin dapat menghentikan kendaraan tersebut. Namun, praduga tersebut salah besar, supir tuk-tuk tersebut setelah melihat tanda bahwa kami ingin menghentikannya, ia menginjak rem kendaraannya dengan manuver seorang pembalap (terdengar suara ban yang berderit) dan kemudian ia memundurkan kendaraannya (dengan kecepatan tinggi pula) sampai tiba di hadapan kami. Saya tertawa terbahak-bahak melihat kejadian ini. Sungguh hari yang sangat aneh?! Menghadapi proses negosiasi dengan supir tuk-tuk harus dengan kesabaran tingkat tinggi, karena untuk menjadi penumpang, harus melewati proses tawar-menawar yang cukup alot. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu taksi saja, dengan tarif sesuai meteran.

Day-2,


Pada hari kedua, kami mengunjungi Grand Palace, Wat Arun, Wat Phra Keo, Wat Po. Ke-empat obyek wisata ini terletak berdekatan dengan dermaga Tha Tien, sehingga kami memutuskan untuk membeli tiket boat untuk satu hari seharga 100 baht, karena sepanjang hari ini akan kami habiskan dengan berlayar di sungai Chao Phraya. Setelah puas mengunjungi old town di kota Bangkok ini, kami pergi ke daerah Bang Lampu, tepatnya di jalan Khao San, tempat berkumpulnya para petualang/backpackers.

Setelah makan siang, kami pun berangkat menuju Teak Mansion di daerah Dusit. Vimanmek Throne Hall ini adalah rumah kediaman Raja Rama V yang sangat menakjubkan karena rumah tingkat 4 tersebut terbuat dari kayu dan menyimpan perabotan antik, lukisan dan perhiasan kerajaan, dan saat ini rumah tersebut telah menjadi museum. Setelah puas berkeliling rumah Raja Rama V tersebut, kami memutuskan untuk pulang ke hotel dengan mengunakan perahu sampai di dermaga Taksin Saphon dan diteruskan dengan naik Sky Train sampai ke stasiun Chong Nong Sii dan menggunakan taksi sampai ke depan lobby hotel. Hmm, hari yang cukup melelahkan.

Day-3

Hari ini kami akan mengunjungi kota Ayutthaya, sebuah kota tua yang penuh dengan peninggalan bersejarah abad ke-13. Jarak antara Bangkok-Ayuttahya adalah 85 KM. Terdapat beberapa tur antar kota yang dapat mengantarkan kami ke kota tua tersebut. Namun, sebagai seseorang yang ingin menjadi backpacker sejati, kami memutuskan untuk berangkat sendiri dengan kereta api ke Ayutthaya. Untuk mencapai stasiun kereta api Hua Lumpong, kami harus mengambil MRT (Mass Rapid Transfer) dari Siam Square menuju Hua Lumpong. Setibanya di Hua Lumpong, kami pun memesan 2 buah kursi di kereta api menuju Ayutthaya. Kereta api kami yang mempunyai jadwal keberangkatan jam 10.15 ternyata belum tersedia di peron stasiun, dan kami harus menunggu selama 40 menit sebelum kereta tersebut datang. Kondisi kereta api yang kami tumpangi tidak berbeda jauh dengan kondisi kereta api kelas Eksekutif Parahyangan Jakarta-Bandung. Setibanya di Ayutthaya, kami menyewa sepeda untuk dapat mengelilingi kota tua tersebut. Sebuah pengalaman yang sangat menyenangkan dapat melihat bangunan-bangunan abad ke 13, walaupun keadaannya telah mengalami kerusakan saat invansi bangsa Burma pada abad ke 18. Setelah lelah bersepeda dan berkeliling kota Ayutthaya, kami kembali memesan tiket pulang ke bangkok.

Day-4

Kegiatan pada hari ini dimulai jam 4 pagi, sebab rencananya kami akan mengunjungi Damnoen Saduak pasar terapung yang berada 2 jam perjalanan mobil dari Bangkok. Kami keluar dari lobby hotel dan mencari taksi pada pukul 5 pagi. Sebuah taksi mau mengantarkan kami ke pasar terapung tersebut dengan tawar-menawar harga. Sebenarnya terdapat pula tour yang dapat mengantarkan kami ke damnoen, namun kami dapat menghemat biaya perjalanan dengan menggunakan taksi tersebut. Taksi tiba di pelataran parkir Damnoen Saduak jam 7 pagi, setelah sampai di sana, kami menyewa perahu untuk menuju pasar terapung. Pasar terapung ini dapat terbentuk karena penduduk sekitar kanal yang berada di daerah Ratchaburry ini memiliki tempat tinggal di pinggir kanal, sehingga satu-satunya cara para penjual sayur-mayur dan makanan untuk mencapai target market mereka adalah dengan menggunakan perahu. Setelah puas makan dan melihat-lihat pasar terapung ini, kami pulang kembali ke bangkok dengan bis antar kota. Di dalam bis, kami tertidur pulas, untuk membayar waktu tidur kami yang kurang di pagi harinya. Setelah tiba kembali di Bangkok, kami mengunjungi Rumah Jim Thompson. Jim Thompson adalah warga Amerika yang jatuh cinta dengan kebudayaan Thailand dan kemudian menetap di Bangkok setelah Perang Dunia II. Beliau mengembangkan industri sutra dan seorang kolektor barang antik. Pada tahun 1967, Jim Thompson menghilang secara misterius dalam perjalanan wisatanya di Malaysia dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Setelah puas berkeliling Jim Thompson House, kami menghela napas lega, karena ternyata kami berhasil mengunjungi obyek-obyek wisata yang telah kami rencanakan. Malam harinya kami mengunjungi kembali Suan Lum Night Bazaar untuk mengikuti pertunjukkan boneka khas Thailand.

Day-5

Hari ini kami akan pergi meninggalkan Bangkok. Pesawat dengan nomor FD 3571 meninggalkan landasan pacu Suvarnabhumi Airport pada pukul 7.10 pagi. Saya akan selalu terkesan dengan keramahan dan ketulusan hati penduduk kota Bangkok. Walaupun mereka tidak mengerti bahasa yang kami ucapkan, namun mereka selalu mau membantu kami untuk menemukan jalan ataupun menunjukkan arah.

Senin, 23 Agustus 2010

Karya Seni Tak Lekang oleh Waktu






















Sebuah karya seni tak lekang oleh waktu, itulah yang terbersit dalam benak saya saat menghadiri sebuah pameran tunggal seni patung hasil karya seniman senior kebanggaan Indonesia Edhy Sunarso. Pameran ini menampilkan hasil karya patung dari tahun 1960-an sampai dengan saat ini, dan berlangsung sejak tanggal 14 Agustus - 28 Agustus 2010 bertempat di Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta.

Bapak Edhy Sunarso adalah seorang seniman pematung yang ditemukan oleh Bung Karno di sekitar tahun 1960. Hal ini semakin menegaskan posisi Bung Karno sebagai seorang pemimpin bangsa yang sangat peduli dan memberikan apresiasi pada karya seni. Beberapa patung hasil karya Edhy Sunarso merupakan karya seni masterpiece yang mudah dikenali oleh masyarakat terutama penduduk kota Jakarta, sebab hasil karya beliau tersebut diletakkan di beberapa lokasi strategis di jantung kota Jakarta, seperti: Patung Selamat Datang di Bunderan HI, Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, Patung Dirgantara di Pancoran.

Namun sungguh disayangkan bahwa setelah era pemerintahan Bung Karno, para pemimpin bangsa generasi berikutnya tidak menaruh perhatian terhadap karya seni anak bangsa sebab arus kapitalisme dan konsumerisme dianggap lebih penting. Sebagai contoh, di wilayah Pancoran saat ini posisi Patung Dirgantara berada di antara dua jembatan layang dan keindahan konstruksi patung tersebut tenggelam dengan konstruksi gedung-gedung bertingkat yang ada di sekitarnya. Namun hal ini masih bisa disyukuri, sebab paling tidak patung yang terletak di wilayah sibuk Pancoran tersebut masih tetap berdiri pada pondasi konstruksinya, tidak tergusur oleh mesin buldozer. Sebagai penduduk kota Jakarta, saya berharap semoga karya-karya seni peninggalan tahun 1960-an tersebut dapat terus dinikmati oleh anak bangsa dari berbagai golongan dan generasi, sebab sekali lagi, sebuah karya seni tak lekang oleh waktu apabila tetap dibiarkan berdiri pada posisinya dan mendapatkan anggaran pemeliharaan berkala....yup, tentunya!


Dokumentasi ketika salah satu patung hasil karya Edhy Sunarso, Patung Pembebasan Irian Barat diresmikan oleh Bung Karno.


Rancangan awal Patung Dirgantara, posisi tangan kanan patung membawa sebuah pesawat kecil.


Siluet Patung Dirgantara di antara himpitan arus kapitalisme....

Kamis, 01 Juli 2010

Menikmati Museum dengan Bersepeda


Sebuah pertanyaan menggelitik ditujukan untuk penduduk kota Jakarta: apakah Anda pernah merasa bosan dan suntuk menjadi penduduk ibukota negara Indonesia ini? Suntuk dengan tingkat polusi yang tinggi, bosan dengan keruwetan lalu lintas kendaraan bermotor maupun benci dengan asap hitam yang keluar dari knalpot bajaj, bis kopaja maupun mobil pribadi? Sebagai penduduk Jakarta, saya pun pernah bahkan sering merasa suntuk dengan keadaan amburadul tersebut, namun tidak ada yang dapat saya lakukan untuk memperbaikinya, sebab saya hanyalah penduduk biasa.

Namun, sebuah kondisi negatif akan terus menjadi negatif apabila kita tidak dapat mengubah cara pandang dan reaksi kita. Oleh sebab itu, saya pun mencoba untuk menikmati kota tercinta Jakarta dengan cara yang menarik tanpa menambah polusi udara yaitu: mengayuh pedal sepeda lipat dan berkunjung ke beberapa gedung bersejarah yang terletak di kawasan kota tua. Saya dan teman-teman mulai mengayuh sepeda lipat kami dari kawasan Senayan sampai kawasan kota tua untuk menikmati keindahan bangunan bersejarah seperti: Gedung Arsip, Museum Bank Mandiri, Museum Wayang dan Museum Fatahillah. Walaupun kami tidak dapat masuk ke dalam Museum karena hari masih sangat pagi, namun kami tetap dapat menikmati keindahan arsitektur dan kemegahan banguna-bangunan bersejarah tersebut dari luar.

Perjalanan dari wilayah Senayan sampai kawasan kota tua Jakarta dan kembali ke tempat start awal, kami tempuh dalam waktu 3.5 jam. Pada akhir perjalanan wisata Museum dengan sepeda ini, saya merasa bersyukur menemukan fakta bahwa pemerintah kota DKI Jakarta masih mempertahankan dan memelihara beberapa bangunan tua bersejarah yang masih berdiri dengan kokoh dan dapat dinikmati keindahannya oleh masyarakat luas. Rasa suntuk dan bosan terhadap kota Jakarta dapat berubah menjadi rasa bangga dan kebanggaan tersebut mampu mengurangi rasa pegal luar biasa pada betis kaki akibat telah mengayuh pedal sepeda sejauh 24.6 kilometer......*Yeah*









Model Foto: Ade Purnama, Alice Mulia, Endah Sayekti, Friska Christina, Henny Meilinawati, Nanis Cahyaningdyah.

Rabu, 16 Juni 2010

Jakarta dan Langit Biru


Pemandangan menarik yang terekam di dalam foto di atas ini diambil pada hari Minggu, dimana tingkat polusi udara berada pada titik terendah. Dapat dikatakan menarik, sebab sangat jarang lokasi patung Selamat Datang bunderan HI ini sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor. Pemerintah kota Jakarta telah mengambil tindakan positif untuk mengurangi kadar emisi gas buang kendaraan bermotor dengan mengadakan program Hari Bebas Kendaraan Bermotor yang diadakan sekali setiap hari Minggu terakhir pada tiap bulannya. Program "Car Free Day" telah memberikan manfaat positif yang dapat dirasakan oleh penduduk Jakarta seperti: dapat melakukan kegiatan bersepeda maupun berolahraga di jalan-jalan protokol Jakarta dan masyarakat dapat menikmati pemandangan langit biru di atas gedung pencakar langit. Penduduk kota Jakarta kemudian memberikan respon positif pada program tersebut, sebab pada hari pelaksanaan Car Fee Day mereka dapat mengajak anggota keluarga untuk melakukan kegiatan olah raga bersama sambil berwisata. Respon positif inilah yang membuat pemerintah kota DKI Jakarta memiliki rencana menambah kuantitas pengadaan program ini menjadi dua kali dalam sebulan.

Sebagai penduduk kota Jakarta, saya pun merasa sangat terkejut ketika menemukan fakta bahwa langit biru dapat menghiasi langit Jakarta. Bagaimana tidak? sebagai ibukota negara yang menempati urutan ke-tiga terpolusi sedunia setelah Mexico City dan Bangkok, langit kota Jakarta yang sehari-harinya dipenuhi oleh asap kendaraan dari knalpot bajaj, sepeda motor, mobil pribadi maupun bis kopaja, namun pada hari Minggu Car Free Day tersebut, langit biru dapat terlihat dengan jelas. Seluruh foto yang terpasang di tulisan ini diambil dengan kamera sambil mengayuh sepeda lipat ungu metalik. Pemerintah kota DKI Jakarta telah membuat target untuk mendapatkan langit biru dengan tingkat polutan yang rendah, dan menurut saya program ini cukup berhasil menciptakan langit biru walaupun hanya dapat saya nikmati pada hari Minggu saja.......yup, lebih baik dapat menikmati selama satu hari daripada tidak sama sekali bukan?


Kegiatan bersepeda selain membuat tubuh kita menjadi lebih sehat, ternyata mampu mengurangi kadar emisi gas buang kendaraan bermotor dan membuat langit Jakarta berwarna biru. Ayo.....kayuhlah pedal sepeda Anda, sehingga tagline Jakarta dan Langit Biru tidak hanya menjadi impian saja......

Senin, 31 Mei 2010

Belajar Mencintai Alam di Kampoeng Awan

Kawasan Mega Mendung, sebuah kawasan dengan udara dingin menyejukkan dan pemandangan alam yang indah, terletak di daerah Puncak, Jawa Barat. Daerah ini merupakan salah satu tempat tujuan wisata favorit untuk melepaskan kepenatan rutinitas sehari-hari bagi penduduk kota Jakarta. Namun tidak banyak orang mengetahui bahwa di kawasan ini terdapat sebuah area perkemahan yang menawarkan kegiatan liburan menarik penuh makna dan tak terlupakan. Kampoeng Awan, nama area perkemahan tersebut, terletak di desa Sirnagalih Cipendawa dan nama unik tersebut diambil bukan tanpa makna, sebab dengan lokasi yang terletak di atas bukit, seringkali kabut tebal turun menutupi sebagian besar area perkemahan sehingga pada saat itu pengunjung seperti berada di tengah awan dan seakan-akan dapat menyentuhnya.
Perkemahan dengan konsep pendidikan dan petualangan ini selain menawarkan pengalaman berkemah di alam terbuka, memberikan beberapa alternatif kegiatan menarik yang dapat dilakukan. Salah satu contohnya kegiatan untuk memulai pagi hari dengan berjalan menembus kawasan hutan pinus yang eksotis untuk menikmati pemandangan matahari terbit. Setelah matahari bergerak semakin tinggi, berkunjung ke tempat pembibitan jamur tiram merupakan kegiatan menarik berikutnya yang dapat dilakukan di sekitar perkemahan. Bangunan tempat pembibitan jamur tiram ini terletak tidak jauh dari perkemahan, dapat ditempuh berjalan kaki dengan jarak kurang lebih 100 m. Bangunan tersebut penuh sesak dengan rak-rak tempat meletakkan batangan kayu yang terbungkus plastik. Menurut penjelasan Pak Iboh, salah satu pekerja, media terbaik untuk mengembangbiakkan jamur tiram adalah kayu dan sebuah kantong bibit kayu mampu menghasilkan jamur tiram siap panen seberat 0.5 kg setelah periode satu bulan. Pada saat panen para pekerja akan memasarkan hasil jamur tiram tersebut ke pasar Gadok dengan harga jual per kg Rp.10.000. Sebagai informasi tambahan, sebuah kantong bibit mampu menghasilkan jamur tiram secara terus-menerus selama 3 bulan dan di dalam bangunan tersebut terdapat kurang lebih 40 ribu kantong bibit.



Setelah mendapatkan informasi menarik seputar pembibitan jamur tiram, salah satu tempat menarik lainnya yang patut dikunjungi adalah lokasi reservasi hutan dan pengembangan tanaman organik yang dilakukan oleh Kelompok Tani Mega Mendung. Tindakan penghijauan pertama kali dilakukan pada tahun 2001 dengan kondisi area sangat parah, dimana tidak ada kehadiran cacing di dalam tanah dan ph tanah mencapai angka 2,5. Kelompok Tani Mega Mendung melakukan penghijauan menggunakan tanaman keras dan tanaman organik dengan sistem tumpang sari. Dengan hasil kerja keras mereka selama 5 tahun, diperoleh hasil panen tanaman organik yang berlimpah dan ditemukan sumber mata air baru disebabkan oleh kehadiran akar tanaman yang dapat menyimpan air hujan, dengan total luas area menjadi 12 hektar. Tindakan reservasi ini patut diberikan apresiasi mendalam karena penghijauan ini dilakukan di daerah Mega Mendung dengan angka pembangunan villa dan rumah tinggal yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.



Selain dapat menimba banyak informasi menarik mengenai alam dan penghijaunnya, terdapat lokasi wisata alam yang indah di sekitar Mega Mendung, sebuah air terjun bernama curug panjang. Air terjun ini selalu dapat menarik perhatian sejumlah fotografer untuk mengabadikannya dan merupakan salah satu lokasi favorit keluarga untuk menghabiskan akhir pekan dengan bermain air. Kawasan lokasi wisata alam ini pun semakin bermakna bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya karena mampu menggerakkan perekonomian daerah dan membuka lapangan pekerjaan karena banyaknya wisatawan dari daerah lain yang berkunjung ke sini.
Dengan adanya area perkemahan di kawasan Mega Mendung dengan konsep pendidikan dan petualangan, kita dapat belajar untuk mencintai alam dan turut serta berperan aktif menjaga kelestarian alam demi kesejahteraan anak cucu angkatan berikutnya. Sehingga selain dapat menikmati akhir pekan di tengah keindahan alam yang mengangumkan dan udara bersih yang menyehatkan pernapasan, kegiatan berkemah ini mampu memberikan nilai tambah positif dengan banyaknya informasi menarik yang dapat membangun kesadaran kita untuk lebih mencintai alam.

Minggu, 25 April 2010

Curahan Hati Fotografer Amatiran

nekad adalah nama tengahku, aku seorang fotografer amatiran
sebuah spanduk iklan kompetisi foto mengganggu mataku
nekad adalah nama tengahku, aku pun mendaftar acara itu

saat hari kompetisi tiba, aku terlambat bangun terlambat tiba
kategori kompetisi foto terdiri dari dua: landscape & housing
nekad adalah nama tengahku, aku pun mengikuti keduanya

pukul sepuluh, acara hunting foto dimulai
pukul setengah satu, acara hunting foto selesai
pukul tiga, aku menguap mengantuk namun juri masih berembuk
pukul empat, aku mengambil tas hendak pulang saja
pukul empat lebih lima menit, aku berpapasan dengan juri
pukul empat lebih tujuh menit, aku kembali duduk manis

juri kompetisi menampilkan sepuluh foto finalis seluruh kategori
jantungku seakan berhenti berdetak, foto hasil karyaku ada di sana
saat pengumuman pemenang kategori housing, namaku disebut sebagai juara pertama
nekad adalah nama tengahku, aku tidak percaya pada pendengaranku

saat harus naik ke atas panggung, ternyata aku menjadi satu-satunya pemenang wanita
nekad adalah nama tengahku, dan aku bersyukur akan kenekadanku.....




Majalah Digital Camera Indonesia volume 12/2010, hal: 32-33
Foto hasil karya phendrani

Minggu, 11 April 2010

Keindahan Flores

Pulau Flores yang terletak di wilayah Indonesia bagian tengah memiliki kekayaan alam yang menawan hati, seperti: hamparan padi di daerah Lembor, peninggalan jaman Megalitikum di kampung adat Bena, danau tiga warna Kelimutu dan hasil perikanan yang melimpah di kota Larantuka. Sebuah anugerah Tuhan yang harus disyukuri bahwa saya mendapat kesempatan berkunjung ke pulau indah yang didiami penduduk yang ramah ini.
Berikut adalah beberapa foto yang merekam keindahan pulau bernama: FLORES.....

Di antara perbukitan dan hamparan padi @Lembor....


Anak Ingusan


Kampung Adat Bena, Kabupaten Ngada


Wanita Kampung Adat Bena


Danau Tiga Warna, Kelimutu


Situs bekas rumah pengasingan Bung Karno di kota Ende


Patung Bunda Maria di atas bukit, menghadap kota Maumere

Sabtu, 10 April 2010

Semana Santa

Sebuah surat elektronik dengan status belum terbaca tersimpan di dalam inbox, setelah saya buka ternyata email tersebut dikirim oleh seorang sahabat yang saat ini bermukim di USA. Isi surat elektronik itu adalah ajakan untuk mengikuti acara Semana Santa di pulau Flores, dan di akhir suratnya sahabat saya itu pun menambahkan: kalau tidak tahu arti Semana Santa, googling saja..... Wah, sepertinya dia bisa menebak bahwa saya tidak punya bayangan sama sekali mengenai arti Semana Santa. Dan saya pun patut mengucapkan terima kasih kepada Oom google, sebab lewat website-nya saya menemukan informasi mengenai acara tersebut. Semana Santa merupakan rangkaian acara pekan suci Paskah yang dilaksanakan di kota Larantuka, sebuah acara yang diadopsi dari budaya bangsa Portugis yang pernah menjajah pulau Flores. Tahun 2010 merupakan tahun istimewa sebab acara tersebut memasuki tahun penyelenggaraan ke-500.

Surat elektronik tersebut dikirimkan di akhir bulan Februari dan Semana Santa akan dilaksanakan pada awal bulan April. Sebagai seorang sahabat yang baik, jelas saya tidak bisa menolak permintaan mengikuti prosesi unik tersebut, apalagi sahabat saya itu akan datang jauh-jauh dari USA menuju Pulau Flores, sementara saya yang berada di Jakarta mengapa harus berpikir ribuan kali? Kemudian bagaimana kelanjutan rencana petualangan kami? Jelas sekali: gedebak-gedebruk....tiket pesawat dalam antrian, jawaban staff hotel-hotel di Larantuka: kamar kosong? mimpi kali ye... (akibat konfirmasi kedatangan 10.000 orang peziarah yang akan ikut acara)...dan yang paling penting saya belum mendapatkan ijin kabur dari kantor alias permit cuti dari bos....oh lala....Namun hal tersebut tidak menyulutkan semangat kami, setelah satu persatu masalah tersebut dapat kami selesaikan, dan mempersiapkan diri dengan meminum pil anti malaria seminggu sebelum keberangkatan, akhirnya kami dapat berangkat ke pulau Flores. Rombongan kami terdiri dari saya beserta Kaka dan Sule, kami bertiga telah bersahabat sejak kuliah, dan tante Christine, ibunda dari Kaka yang menurut saya memiliki stamina mengagumkan karena di usia pertengahan 50 bersedia ikut dalam perjalanan ini.

Perjalanan dimulai dari kota Labuan bajo yang terletak di Flores bagian paling barat, dengan mobil sewaan beserta supir menuju kota Larantuka yang terletak di Flores bagian paling timur. Perjalanan kami pun ditempuh dalam 5 hari dengan berhenti untuk menginap di kota Ruteng, Bajawa, Moni, dan Maumere. Kami sampai di kota Larantuka pada hari Rabu, dan karena kamar hotel penuh, kami menghabiskan satu malam di biara susteran Congregatio Imitationis Jesu (Serikat Pengikut Yesus). Akses masuk kota Larantuka ditutup pada hari Kamis pekan suci, untuk menjaga agar acara pekan suci tersebut berjalan dengan hikmad tanpa gangguan, sementara di dalam kota Larantuka, telah berkumpul sedikitnya 10.000 orang yang datang untuk melihat dan mengikuti acara tersebut.
Pekan suci menyambut Paskah di Larantuka dimulai dengan Rabu Trewa , acara tersebut berisi lamentasi atau nyanyian ratapan yang diadakan di gereja. Keesokan harinya, diadakan penghormatan kepada patung Tuan Berdiri (simbol Yesus Kristus yang disiksa) dan Tuan Tido (simbol Yesus Kristus yang terbaring di peti mati setelah disalib).

Penghormatan simbol-simbol duka cita ini dilakukan di pulau Adonara (berjarak 10 menit dari kota Larantuka dengan perahu mesin). Pada malam harinya diadakan misa Kamis Putih untuk memperingati perjamuan terakhir Yesus Kristus dengan para muridnya.

Hari Jumat Agung, merupakan hari tersibuk dan melelahkan bagi para peziarah, sebab beberapa acara penting akan diadakan pada hari ini. Di pagi hari, diadakan penghormatan kepada patung Tuan Ma (simbol Bunda Maria yang berduka) dan Tuan Ana (simbol Yesus Kristus yang mati disalib) diadakan di gereja Tuan Ma dan gereja Tuan Ana.

Gereja Tuan Ana


Penghormatan kepada Tuan Ana


Gereja Tuan Ma


Penghormatan kepada Tuan Ma

Kemudian pada siang harinya diadakan prosesi menghantar Tuan Menino (simbol kanak-kanak Yesus) melalui perahu yang digerakkan dengan menggunakan kayuh oleh 3 orang laki-laki berpakaian hitam, diikuti oleh puluhan perahu mesin baik yang besar maupun kecil yang disesaki oleh para peziarah.




Terus terang, hati saya tersentuh saat melihat prosesi ini, sebab begitu besar semangat para pendayung perahu yang membawa Tuan Menino di tengah laut melawan ombak.

Di sore hari pada hari Jumat tersebut, diadakan misa Jumat Agung bertempat di Katedral Reinha Rosari dan setelah itu diadakan lamentasi untuk memulai prosesi menghantar Tuan Ma dan Tuan Ana mengelilingi kota Larantuka. Prosesi tersebut dimulai pada pukul 21.00 s/d 2.00 Waktu Indonesia Bagian Tengah. Suasana khidmad meliputi hati para peziarah saat prosesi perarakan tersebut berlangsung, lilin-lilin diletakan di sekeliling jalan perarakan dan penduduk yang tinggal di sekitar lokasi perarakan turut ambil bagian dalam prosesi ini dengan membuka semua pintu serta jendela rumah dan meletakkan lukisan Yesus Kristus maupun salib di halaman depan rumah.


Acara Semana Santa masih berlangsung, pada saat saya dan teman-teman meninggalkan Larantuka pada pukul 00.30 pagi hari, sebab kami harus berangkat menuju kota Maumere yang akan ditempuh dalam waktu 3 jam, untuk mengejar pesawat dengan jadwal take off pada pukul 07.15, pesawat tersebut akan membawa kami kembali ke pulau Jawa. Walaupun tidak mengikuti upacara ini sampai akhir, namun saya sangat terkesan dengan proses inkulturasi yang terjadi di Larantuka. Acara Semana Santa merupakan proses inkulturasi budaya Portugis dengan budaya asli orang Nagi (sebutan penduduk asli kota Larantuka) dan tradisi gereja Katolik. Inkulturasi ini membuat kota Larantuka menjadi istimewa, walaupun hanya sekali dalam setahun dipenuhi oleh para peziarah.

Rabu, 03 Maret 2010

Tanpa Ide

Sekali lagi, saya mendapati diri sedang termenung di depan layar komputer, tanpa ide di kepala, tanpa peristiwa menarik yang dapat diceritakan. Sebenarnya saya tidak mempunyai keharusan untuk menulis di dalam blog ini, sebab saya bukan seorang penulis buku apalagi wartawan perang, saya hanyalah seorang manusia biasa. Kegiatan menulis, hmm, mungkin lebih tepat disebut kegiatan mengetik di komputer, saya mulai sejak tahun 2005. Sehingga apabila ada yang berpendapat bahwa saya mampu membuat tulisan sejak masa kanak-kanak, wah pendapat itu sangat salah, salah, salah, sebab di jaman dahulu kala, apabila guru Bahasa Indonesia memberikan tugas menulis puisi, keringat dingin akan segera memenuhi jidat saya yang lebar dan puisi pada akhirnya dapat diselesaikan dengan hiasan coretan di seantero kertas, urek-urek orang Jawa bilang, sungguh menyiksa.

Namun semenjak tahun 2005, keengganan saya dalam hal tulis-menulis ini berubah total, saat dengan tiba-tiba saya sadar mempunyai beberapa cerita menarik yang pernah dialami sendiri ataupun memperoleh inspirasi menarik dari aktivitas membaca koran di pagi hari sambil ditemani segelas kopi cappuccino, yup, style bapak-bapak begitu deh. Inspirasi dan pengalaman menarik tersebut seringkali ingin saya ceritakan kepada orang-orang yang ada disekitar, namun kadangkala tanggapan mereka tidak sesuai dengan harapan saya, seperti: ketika saya sangat bersemangat bercerita mengenai sebuah peristiwa lucu, ternyata orang yang sedang saya ajak bicara tiba-tiba menangis. Setelah saya amati lebih seksama, ternyata orang tersebut sedang mengiris bawang bombay dan tidak kuasa menahan airmata mengalir turun ke pipinya...hmm memang sih, saat itu dapur merupakan latar lokasi saya bercerita. Di lain waktu, saat saya sedang bercerita mengenai sebuah peristiwa sedih, teman yang sedang mendengarkan cerita tersebut tiba-tiba berteriak senang, sebab ia melihat aktor film pujaannya berjalan masuk ke dalam area food court tak jauh dari meja kami dan seketika itu ia tidak mempedulikan saya lagi, apalagi memperhatikan inti cerita saya. Huhuhuhu, sedih! Nah, untuk menghindari kesedihan akibat tidak dihiraukan dan menghadapi tanggapan para pendengar yang tidak sesuai dengan harapan saya, maka terbersitlah keinginan untuk membuat kumpulan tulisan cerita menarik tersebut ke dalam sebuah blog.

Pertama kali, blog yang saya buat berjudul Funky, dan lokasi blog tersebut masih bersifat lokal, alias hanya teman-teman terdekat saja yang dapat membacanya. Dan semenjak tahun 2008, saya terinspirasi oleh mantan pacar, hmm, sebenarnya agak berat juga mengakui hal ini, namun baiklah saya harus mengakui sumber inspirasi tersebut. Yup, saya terinspirasi untuk membuat blog dalam format global, alias semua orang dapat klik membuka dan membaca cerita saya. Sehingga dalam hal memilih judul blog ini, saya bersikap hati-hati, sebab judul harus singkat, padat makna dan menarik perhatian orang. Rasa frustasi sempat menghampiri sebab tidak juga menemukan nama yang cocok. Namun, di saat saya sedang melihat tumpukan VCD milik keponakan tercinta, kedua mata terbentur pada judul film animasi anak-anak yaitu: Finding Nemo. Film ini dapat dikatakan sebagai sebuah film yang menarik karena memiliki pesan moral yang baik, menyentuh hati dan gambar-gambarnya pun indah, sehingga saya memutuskan untuk menggunakan kata Finding, sepotong kata dari judul film tersebut dan digabungkan dengan kata Story sehingga terbentuklah nama blog yang saya pergunakan sampai saat ini: FindingStory.

Dengan blog ini, saya mengumpulkan dan menulis cerita, mulai dari cerita yang sangat konyol sampai cerita serius, mulai dari peristiwa yang terjadi sungguhan sampai peristiwa yang saya karang sendiri, namanya juga blog ini milik saya, maka pemiliknya punya hak dan kebebasan untuk menulis cerita mengenai apapun, bukan begitu bukan? Namun, walaupun begitu, saya selalu berharap pembaca blog ini dapat terhibur minimal sebuah senyum simpul tercetak di wajah. Dan salah satu harapan, mudah-mudahan saya selalu dapat menemukan cerita yang menarik untuk dapat dibagikan kepada Anda. Dengan kecanggihan teknologi internet, blog ini dapat diakses di manapun Anda berada, di dapur saat sedang memotong bawang bombay? di cafe sambil menyeruput secangkir kopi panas? di ruang tunggu dokter sambil tangan Anda memegangi pipi yang bengkak akibat sakit gigi? Harapan saya, semoga FindingStory dapat menghibur hati Anda. Bagaimana menurut Anda?...............halo? hmm...tidak ada jawaban. Seringkali muncul pertanyaan dalam hati, kira-kira blog ini ada yang baca atau tidak sih? Huhuhuhu, sedih! Anyways, walaupun tanpa ide, saya tetap berusaha menyelesaikan tulisan ini dan mudah-mudahan dapat membuat Anda tersenyum......cheers!

Minggu, 10 Januari 2010

Diam dalam Sepi


















Sepi dan sendiri aku duduk dalam diam,
Beberapa orang berjalan melewatiku, namun aku tak terlihat,
Beberapa kali aku tersenyum kepada mereka, namun aku tetap tak terlihat,
Apakah karena pakaianku yang lusuh?
Apakah karena tubuhku yang mungil?
Apakah karena gigiku yang sudah tidak lengkap lagi, sehingga senyumku tak ada artinya bagi mereka?
Aku ingin menyapa mereka, namun aku tak terlihat,
Aku ingin menawarkan makanan kepada mereka, namun aku tak terlihat,
Aku ingin menyapa mereka, namun mereka berbicara dalam bahasa yang tidak kumengerti,
Apakah yang harus aku lakukan?
Sepertinya aku hanya dapat menunggu datangnya seseorang yang melihat keberadaanku dan mau menerima senyumku.....

Ta Som. Siem Reap 2009