Tulisan di bawah ini merupakan detail perjalanan yang pernah saya tulis pada awal tahun 2007 mengenai informasi yang bermanfaat untuk diketahui bagi Anda yang memiliki keinginan melakukan perjalanan ke kota Bangkok dan sekitarnya. Semoga bermanfaat.
Pada sebuah hari yang cerah di bulan Desember 2006, sebuah pesawat berbudget rendah dengan nomor penerbangan AK882 mendarat dengan lancar di Suvarnabhumi Airport. Semua penumpang bersiap-siap untuk berdiri dan menurunkan tas mereka dari kabin pesawat, termasuk saya. Bagaimana saya bisa berada di dalam pesawat itu? Wah, Anda pasti penasaran kan? Hmm, untuk mempersiapkan perjalanan backpacker kali ini, saya membutuhkan waktu selama satu bulan. Backpacker adalah sebutan untuk orang yang melakukan perjalanan ke suatu daerah yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya tanpa bantuan tour ataupun kenalannya dan dengan biaya yang murah, tentunya.
Seorang backpacker harus membuat sendiri rencana perjalanannya dan ia harus melakukan survey mendalam terhadap daerah/negara yang akan dikunjunginya. Seperti seorang serdadu yang akan pergi ke medan perang, seorang backpacker harus mengetahui secara detil alat transportasi yang akan digunakan, penginapan murah meriah, letak obyek-obyek wisata yang menarik dan tentu saja sebuah peta daerah tersebut dengan detail akurat.
Proses survey yang saya lakukan tidaklah sesulit yang dibayangkan orang, karena di jaman canggih seperti ini, internet merupakan sumber informasi yang sangat berguna dan membuat semua hal menjadi lebih mudah. Maka saya mulai mencari penerbangan murah meriah dan aman, dan akhirnya ditemukan sebuah perusahaan penerbangan yang memberikan tiket murah ke Bangkok dengan informasi perusahaan penerbangan tersebut tidak memotong biaya dari safety equipment, tapi memotong harga tiket dari biaya makanan. Kemudian setelah memesan kursi pesawat dan kamar hotel yang murah secara online, saya pun mempersiapkan diri untuk menjalani perjalanan penuh tantangan ini dengan berdoa kepada Tuhan. Bukankah manusia bisa membuat rencana, tapi Tuhan yang menentukan?
Tanggal 25 Desember 2006, saya pun tiba dengan selamat di Suvarnabhumi Airport, Bangkok. Puji Tuhan karena kami berhasil mendarat di negara seribu pagoda dan sepertinya ini adalah hadiah Natal yang terindah bagi kami. Setelah selesai menghadapi rangkaian proses administrasi di meja imigrasi, saya dan Prathiwi Widyatmi (rekan backpacker) berjalan menuju pintu keluar bandara. Di dekat pintu keluar bandara, terdapat bilik pembelian tiket Airport Transfer Bus (seperti Damri di Jakarta), dan dengan membayar 150 baht, kami dapat tiba di Siam Centre yang berada di pusat kota Bangkok. Bila dibandingkan dengan menggunakan jasa taksi, biaya tiket Airport Transfer Bus ini lebih murah, karena waktu tempuh antara Suvarnabhumi dan pusat kota adalah 1 jam 15 menit dengan karakteristik lalu lintas yang hampir sama dengan Jakarta, yaitu: macet.
Setibanya di Siam Centre, kami mencari taksi yang bisa mengantarkan kami ke Homduang Boutique Hotel, disanalah kami telah memesan sebuah kamar hotel secara online. Pada saat inilah, mulai terasa perjuangan yang harus dialami oleh seorang petualang. Mayoritas penduduk Bangkok tidak menguasai bahasa Inggris. Namun, untunglah kami bertemu dengan seorang bapak supir taksi yang sangat baik hati. Walaupun ia tidak mengerti bahasa Inggris dan tidak mengetahui keberadaan hotel yang kami sebutkan, namun ia dengan ketulusan hatinya, menepikan taksi-nya di dekat sebuah telepon umum dan meminta nomer telepon hotel tersebut dari saya. Pak supir ini dengan gagah berani keluar dari mobil dan menuju telepon umum untuk menghubungi staff hotel dan menanyakan arah. Setelah ia mengetahui letak hotel tersebut, ia kembali ke dalam mobil dan mengantarkan kami sampai depan lobby Homduang Hotel. Wow, saya sangat terharu melihat ketulusan hati si bapak supir ini, sehingga setelah sampai di depan lobby hotel, saya menjabat tangan pak supir, membayar biaya taksi dan mengganti biaya yang ia keluarkan saat menelepon tadi.
Setelah proses check in selesai, kami beristirahat sejenak. Tujuan berikutnya adalah makan malam dan mengunjungi Suan Lum Night Bazaar. Seperti kebanyakan wanita Indonesia, kami sangat senang berkunjung ke sebuah pasar malam. Hmm, memang sangat menyenangkan menjadi seorang wanita. Setelah puas melihat dan berkeliling pasar malam, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Jam tangan saya telah menunjukkan angka 10. Kami menunggu taksi di pinggir jalan, ketika tiba-tiba muncul sebuah tuk-tuk (kendaraan khas Thailand, seperti bemo di Jakarta), kami pun memiliki ide untuk menghentikannya. Tuk-tuk tersebut melintas di hadapan kami dengan kecepatan tinggi, sehingga kami merasa tidak mungkin dapat menghentikan kendaraan tersebut. Namun, praduga tersebut salah besar, supir tuk-tuk tersebut setelah melihat tanda bahwa kami ingin menghentikannya, ia menginjak rem kendaraannya dengan manuver seorang pembalap (terdengar suara ban yang berderit) dan kemudian ia memundurkan kendaraannya (dengan kecepatan tinggi pula) sampai tiba di hadapan kami. Saya tertawa terbahak-bahak melihat kejadian ini. Sungguh hari yang sangat aneh?! Menghadapi proses negosiasi dengan supir tuk-tuk harus dengan kesabaran tingkat tinggi, karena untuk menjadi penumpang, harus melewati proses tawar-menawar yang cukup alot. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu taksi saja, dengan tarif sesuai meteran.
Day-2,
Pada hari kedua, kami mengunjungi Grand Palace, Wat Arun, Wat Phra Keo, Wat Po. Ke-empat obyek wisata ini terletak berdekatan dengan dermaga Tha Tien, sehingga kami memutuskan untuk membeli tiket boat untuk satu hari seharga 100 baht, karena sepanjang hari ini akan kami habiskan dengan berlayar di sungai Chao Phraya. Setelah puas mengunjungi old town di kota Bangkok ini, kami pergi ke daerah Bang Lampu, tepatnya di jalan Khao San, tempat berkumpulnya para petualang/backpackers.
Setelah makan siang, kami pun berangkat menuju Teak Mansion di daerah Dusit. Vimanmek Throne Hall ini adalah rumah kediaman Raja Rama V yang sangat menakjubkan karena rumah tingkat 4 tersebut terbuat dari kayu dan menyimpan perabotan antik, lukisan dan perhiasan kerajaan, dan saat ini rumah tersebut telah menjadi museum. Setelah puas berkeliling rumah Raja Rama V tersebut, kami memutuskan untuk pulang ke hotel dengan mengunakan perahu sampai di dermaga Taksin Saphon dan diteruskan dengan naik Sky Train sampai ke stasiun Chong Nong Sii dan menggunakan taksi sampai ke depan lobby hotel. Hmm, hari yang cukup melelahkan.
Day-3
Hari ini kami akan mengunjungi kota Ayutthaya, sebuah kota tua yang penuh dengan peninggalan bersejarah abad ke-13. Jarak antara Bangkok-Ayuttahya adalah 85 KM. Terdapat beberapa tur antar kota yang dapat mengantarkan kami ke kota tua tersebut. Namun, sebagai seseorang yang ingin menjadi backpacker sejati, kami memutuskan untuk berangkat sendiri dengan kereta api ke Ayutthaya. Untuk mencapai stasiun kereta api Hua Lumpong, kami harus mengambil MRT (Mass Rapid Transfer) dari Siam Square menuju Hua Lumpong. Setibanya di Hua Lumpong, kami pun memesan 2 buah kursi di kereta api menuju Ayutthaya. Kereta api kami yang mempunyai jadwal keberangkatan jam 10.15 ternyata belum tersedia di peron stasiun, dan kami harus menunggu selama 40 menit sebelum kereta tersebut datang. Kondisi kereta api yang kami tumpangi tidak berbeda jauh dengan kondisi kereta api kelas Eksekutif Parahyangan Jakarta-Bandung. Setibanya di Ayutthaya, kami menyewa sepeda untuk dapat mengelilingi kota tua tersebut. Sebuah pengalaman yang sangat menyenangkan dapat melihat bangunan-bangunan abad ke 13, walaupun keadaannya telah mengalami kerusakan saat invansi bangsa Burma pada abad ke 18. Setelah lelah bersepeda dan berkeliling kota Ayutthaya, kami kembali memesan tiket pulang ke bangkok.
Day-4
Kegiatan pada hari ini dimulai jam 4 pagi, sebab rencananya kami akan mengunjungi Damnoen Saduak pasar terapung yang berada 2 jam perjalanan mobil dari Bangkok. Kami keluar dari lobby hotel dan mencari taksi pada pukul 5 pagi. Sebuah taksi mau mengantarkan kami ke pasar terapung tersebut dengan tawar-menawar harga. Sebenarnya terdapat pula tour yang dapat mengantarkan kami ke damnoen, namun kami dapat menghemat biaya perjalanan dengan menggunakan taksi tersebut. Taksi tiba di pelataran parkir Damnoen Saduak jam 7 pagi, setelah sampai di sana, kami menyewa perahu untuk menuju pasar terapung. Pasar terapung ini dapat terbentuk karena penduduk sekitar kanal yang berada di daerah Ratchaburry ini memiliki tempat tinggal di pinggir kanal, sehingga satu-satunya cara para penjual sayur-mayur dan makanan untuk mencapai target market mereka adalah dengan menggunakan perahu. Setelah puas makan dan melihat-lihat pasar terapung ini, kami pulang kembali ke bangkok dengan bis antar kota. Di dalam bis, kami tertidur pulas, untuk membayar waktu tidur kami yang kurang di pagi harinya. Setelah tiba kembali di Bangkok, kami mengunjungi Rumah Jim Thompson. Jim Thompson adalah warga Amerika yang jatuh cinta dengan kebudayaan Thailand dan kemudian menetap di Bangkok setelah Perang Dunia II. Beliau mengembangkan industri sutra dan seorang kolektor barang antik. Pada tahun 1967, Jim Thompson menghilang secara misterius dalam perjalanan wisatanya di Malaysia dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Setelah puas berkeliling Jim Thompson House, kami menghela napas lega, karena ternyata kami berhasil mengunjungi obyek-obyek wisata yang telah kami rencanakan. Malam harinya kami mengunjungi kembali Suan Lum Night Bazaar untuk mengikuti pertunjukkan boneka khas Thailand.
Day-5
Hari ini kami akan pergi meninggalkan Bangkok. Pesawat dengan nomor FD 3571 meninggalkan landasan pacu Suvarnabhumi Airport pada pukul 7.10 pagi. Saya akan selalu terkesan dengan keramahan dan ketulusan hati penduduk kota Bangkok. Walaupun mereka tidak mengerti bahasa yang kami ucapkan, namun mereka selalu mau membantu kami untuk menemukan jalan ataupun menunjukkan arah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar