Kamis, 11 September 2008

Pria Berkacamata di Pinggir Bekasi

Setiap manusia mempunyai target atau orientasi hidup tertentu. Seperti contohnya saya, sewaktu masih duduk di bangku SMA, saya sangat ingin menjadi seorang mahasiswa, yang menurut pandangan saya, sangat bebas mengatur waktu untuk kuliah ataupun cuci mata ke mall maupun bergosip bersama teman, karena pada saat itu, saya sangat bosan dengan mata pelajaran yang padat dan jadwal latihan Marching Band di sekolah.
Setelah saya berhasil menjadi mahasiswa jurusan teknik sipil di sebuah universitas swasta di bandung, saya pun kembali merasakan kebosanan dalam menjalani padatnya jadwal kuliah dan tugas asistensi dari dosen. Di saat itu saya memiliki mimpi untuk menjadi seorang eks-mud, singkatan keren untuk eksekutif muda atau karyawan perusahaan bonafid. Intinya saya selalu merasa bosan dalam menjalani kehidupan keseharian.BOSAN!.Anda pasti juga pernah merasakannya, iya kan?
Saat ini saya telah memperoleh pekerjaan menjadi seorang karyawati di salah satu perusahaan kimia yang -ehmm- lumayan bonafid. Seharusnya saya tidak merasa bosan, mengingat sulitnya mencari pekerjaan di tengah kacau balaunya keadaaan lapangan pekerjaan di Indonesia. Namun, seperti yang selalu saya alami, saya pun didera perasaan yang sama: Bosan lagi-bosan lagi.Huh!
Perasaan itu selalu menghantui diri saya, sampai suatu ketika, mobil saya melintas di sebuah perumahan mewah di daerah Bekasi. Terlihat di sebelah kiri jalan, duduk dengan manis seorang pria dengan kisaran umur empat puluh tahun, dan menggunakan kacamata hitam. Di pangkuannya tergeletak sebuah tas berwarna merah yang sudah lusuh dan tangan kanannya memegang payung dengan warna putih pudar.
Saya bertanya di dalam hati, sedang apa pria tersebut duduk di pinggir jalan? Hari itu matahari sedang bersinar terik-teriknya. Panas! Karena penasaran, saya sedikit menepikan mobil, untuk melihat apa yang sebenarnya sedang ia tunggu. Terlihat sebuah karton putih dikalungkan di lehernya, dan terbaca: "menerima pijat tuna netra".
Wah, ternyata bapak berkaca mata hitam ini adalah seorang tuna netra. Beliau menunggu di pinggir jalan, siapa tahu ada yang berminat menggunakan jasanya untuk dipijat. Walaupun ia memiliki keterbatasan penglihatan, pria tersebut tidak ingin dikasihani orang namun ia mengunakan kemampuannya memijat untuk mendapatkan uang.
Yang mau saya garis bawahi di sini, ia menunggu....entah sampai kapan....di tengah teriknya matahari.....derasnya hujan.....siapa tahu, ada orang yang mau memakai jasanya. Mungkin pada hari ini dia tidak mendapatkan uang, atau mungkin juga banyak orang yang ingin dipijat olehnya. Dia tidak malu menunggu di pinggir jalan dan pantang menyerah diterpa cuaca panas terik.
Dengan semangat bapak tuna netra ini, saya menjadi malu pada diri sendiri. Tuhan telah memberikan fisik yang tidak kurang suatu apapun kepada saya, kesempatan belajar sampai perguruan tinggi, pekerjaan yang baik, namun kadangkala saya lupa berterima kasih kepadaNYa.
Terima kasih Tuhan, atas semua berkat melimpah yang telah Engkau berikan.
Terima kasih bapak berkaca mata, karena engkau telah membuka mata saya.
May God Bless You.....always........

Tidak ada komentar: