Minggu, 07 Desember 2008

Keindahan Tersembunyi di Jawa Barat

Apakah Anda pernah mendengar daerah Ujung genteng? Mungkin baru kali ini Anda mengetahui nama daerah tersebut, padahal potensi wisata alam yang terdapat di sana sangatlah menarik hati.

Ujung genteng adalah daerah pesisir pantai selatan Jawa barat, termasuk dalam wilayah pemerintahan kabupaten Sukabumi. Perjalanan dari Jakarta menuju daerah ini membutuhkan waktu 7 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat. Jalan yang dilalui sangat berliku bahkan kadangkala terjadi turbulensi, maksudnya secara tiba-tiba tubuh kita dapat terangkat 2 cm dari tempat duduk ke udara akibat kondisi jalan yang bergelombang.

Masyarakat yang hidup di ujung genteng sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai nelayan, petani dan penyadap nira (cikal bakal gula kelapa). Selain keindahan pantai dan kampung nelayan, ujung genteng pun terkenal dengan lokasi penangkaran penyu .Pengunjung yang ingin melihat proses penyu bertelur dapat berjalan mengendap-endap di pantai selatan ujung genteng saat matahari telah tenggelam dengan berbekal minimnya cahaya senter. Maklum saja, penyu-penyu tersebut tidak menyukai cahaya, sehingga pada saat terjadi bulan purnama, jangan harap ada ibu penyu yang berjalan mendekati pantai untuk bertelur. Setelah mereka sampai di pantai, para ibu penyu tersebut akan membuat lubang di pasir dan mengeluarkan telur sebanyak kurang lebih 100 butir per penyu. Seluruh telur ini akan dikumpulkan oleh petugas penangkaran dan dierami di dalam pasir kemudian setelah cukup umur dan menetas, mereka akan dilepaskan kembali ke laut lepas.

Petualangan melihat penyu bertelur ini sangatlah menarik, karena untuk dapat sampai di pantai selatan ujung genteng, kita harus menyewa ojek motor dan membayar Rp.40 ribu, dan setelah itu bapak ojek akan mengantarkan kita ke lokasi penangkaran yang harus ditempuh selama 20 menit perjalanan dengan sepeda motor dengan kondisi jalan yang berliku dan minimnya cahaya lampu jalan. Seru, mendebarkan dan pengalaman tak terlupakan. Kebetulan dalam perjalanan kali ini, saya ikut dalam rombongan sunburst adventure, dan panitia telah mengatur akomodasi penginapan di pondok hexa maupun transportasi selama di sana, sehingga proses melihat penyu pun berjalan dengan baik.

Sebelum kami sampai di ujung genteng, saya pun terkagum-kagum dengan air terjun cikaso yang lokasinya tidak jauh, kurang lebih 45 menit perjalanan dari ujung genteng. Air terjun yang sangat indah, namun karena kurangnya informasi, tidak banyak orang mengetahui letak dan keindahannya. Terlampir di bawah ini keindahan tersembunyi provinsi Jawa Barat yang dapat didokumentasikan dalam foto berikut:





Sabtu, 22 November 2008

Salah Duga di Pantai Dreamland

Pantai Dreamland yang indah terletak di wilayah pecatu, Bali Selatan. Pantai ini dikelilingi oleh tebing batu yang tinggi serta memiliki karakteristik gulungan ombak besar dan tinggi sehingga obyek wisata ini telah berkembang menjadi tempat baru untuk melakukan selancar air atau surfing. Sehingga tidak mengherankan bila banyak peselancar warga negara asing yang datang berkunjung ke sana.

Sebulan yang lalu, ketika saya dan teman-teman berkunjung ke sana, kami pun menjumpai banyak wisatawan asing yang membawa papan surfing berjalan mondar-mandir. Tujuan kami berkunjung ke sana bukan untuk berselancar, namun untuk menikmati hembusan angin pantai dan tentu saja yang paling penting adalah mengabadikan diri kami dengan kamera digital. Setelah lelah berkeliling pantai selama satu jam, kami mulai mengalami dehidrasi dan memutuskan untuk berteduh di kedai minuman yang terletak di pinggir pantai dekat tebing batu.

Tidak lama setelah kami duduk di bawah payung berwarna merah putih, datang empat orang pria bertubuh tegap yang membawa papan surfing dan mereka duduk di meja yang bersebelahan dengan kami. Dua dari empat pria tersebut berbicara dalam bahasa Inggris sambil memesan minuman ringan. Saya melirik salah satu dari keempat pria yang duduk di meja sebelah. Postur tubuhnya tinggi dan kulitnya telah menjadi coklat karena terbakar matahari. Saya berkata kepada Rahma, teman saya yang kebetulan duduk di sebelah kanan, dengan suara keras "Ma, cowok bule yang berbaju putih itu ganteng banget deh." Secepat kilat, Rahma pun menoleh ke arah pria yang saya maksud dan menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat saya. Pria yang menjadi incaran mata itu pun beberapa kali berjalan melewati meja kami sambil sesekali melihat kepada saya sambil tersenyum. Wah, pasti kaos warna biru yang saya pakai menarik perhatian dia, pikir saya. Setelah minuman soda di hadapannya habis, pria berbaju putih itu berdiri dari kursi sambil membawa tas hitamnya dan berkata kepada teman di sebelahnya: "Gue titip tas ini ya!" Kalimat yang dengan jelas dan tegas dalam bahasa Indonesia. Saya yang mendengar perkataannya itu pun langsung pucat pasi dan ingin membenamkan wajah ke dalam pasir. Ternyata ia dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dan pastinya mendengar perkataan saya sebelumnya, sehingga tidak heran bila ia beberapa kali melirik ke arah saya sambil tersenyum. Ya ampun....

Sabtu, 08 November 2008

Museum Antonio Blanco

Museum Antonio Blanco terletak di daerah Ubud, Bali. Antonio Blanco adalah seorang pelukis Renaissance kelahiran Spanyol pada tahun 1911 yang telah menghasilkan kurang lebih 300 karya lukis dan beliau pun ahli dalam menciptakan pigura kayu yang unik untuk tiap lukisannya. Menurut informasi staff museum, sebuah lukisan akan dinyatakan selesai dibuat bila sang maestro telah menyelesaikan pigura kayu untuk membingkainya. Museum sang maestro yang terdiri dari studio seni dan rumah kediamannya ini dibangun di atas tanah pemberian Raja Ubud seluas 2 hektar dan terletak di perbukitan yang berhawa sejuk. Di depan pintu masuk museum, terdapat pahatan batu besar yang menggambarkan tanda tangan beliau.

Lukisan Antonio Blanco sebagian besar menggambarkan tubuh wanita yang sedang bertelanjang dada sambil menari. Model lukisannya adalah istrinya sendiri yang berprofesi sebagai penari dan seorang wanita asli pulau Bali bernama Ni Rondji, dan putri sulungnya Tjempaka Blanco. Sang maestro meninggal dunia pada tahun 1999, dan jenasahnya dibakar dalam upacara agama Hindu Ngaben. Bakat melukisnya diturunkan kepada putra satu-satunya yang bernama Mario Blanco, namun terdapat perbedaan yang cukup terlihat di antara lukisan mereka berdua. Mario Blanco lebih menyukai melukis benda sebagai obyek dengan gaya 3 dimensi, sementara ayahnya menjadikan keindahan wanita sebagai obyek lukisannya.

Rumah kediaman Antonio Blanco dan museumnya tetap tertata dengan rapi dan asri, bahkan terdapat banyak burung kakatua yang bertengger dengan jinaknya di halaman museum. Dengan membayar tiket masuk Rp.30 ribu, kita dapat menikmati lukisan yang terdapat di dalam museum bertingkat 3 tersebut, sekaligus para pengunjung dapat mengabadikan foto dengan burung kakatua kesayangan sang maestro.

Jumat, 07 November 2008

5+2=7

Merencanakan liburan bersama dengan teman alumni SMA adalah hal yang sangat menyenangkan, apalagi bila pernah menjadi bagian dari sebuah sekolah menengah atas homogen khusus putri. Kebersamaan dan persaudaraan antar siswa dapat terjalin dengan erat karena adanya perasaan senasib sepenanggunan dalam menghadapi ketatnya jam pelajaran, tugas sekolah yang bertumpuk-tumpuk dan kenyataan pahit tidak dapat melihat pria selama jam pelajaran kecuali guru pria.
Dapat dibayangkan suasana hiruk pikuk yang terjadi pada saat para wanita lulusan sekolah homogen tersebut merencanakan liburan bersama setelah sebelas tahun berpisah. Kebetulan, saya menjadi bagian dari alumni sekolah homogen yang berlokasi di Jakarta Selatan. Saya dan empat orang teman alumni (Rahma, Retno, Sari dan Agatha) bersepakat untuk pergi berlibur ke Bali dengan biaya perjalanan yang terjangkau oleh dompet kami. Maka kami pun mencari tiket pesawat murah Jakarta-Bali dan membeli voucher hotel yang terletak tidak jauh dari pantai Kuta. Total biaya per orang yang terdiri dari tiket pesawat pulang-pergi dan akomodasi 4 hari/3 malam di Bali ternyata lebih murah dibandingkan dengan harga tiket masuk per orang festival A konser diva R&B Rihanna yang rencananya akan diadakan di Jakarta.
Dalam menjalani sebuah perjalanan liburan tidak lengkap rasanya bila tidak mengalami beberapa kejutan yang mendebarkan hati. Kejutan pertama yang terjadi adalah: satu hari sebelum keberangkatan, ada pemberitahuan lewat SMS bahwa pesawat kami tidak bisa diterbangkan karena terjadi kerusakan pesawat. Hal ini sempat membuat kami panik, namun situasi menjadi tenang kembali setelah dilakukan penghitungan suara dan dinyatakan 3 orang akan dipindahkan ke pesawat yang berangkat lebih pagi sementara 2 orang akan berangkat lebih malam. Kejutan kedua terjadi pada pagi hari setelah kami berlima telah selesai sarapan pagi di hotel, yaitu: bertemu dengan seorang teman SMA kami di lobby hotel yang bernama Terre. Ternyata, tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, Terre berlibur ke Bali bersama dengan saudari jauhnya dari Belanda yang bernama Molin dan mereka memilih hotel yang sama dengan kami. Dapat dibayangkan bagaimana hiruk pikuk yang terjadi di lobby hotel pada saat kami bertemu. Teriakan riuh rendah membuat para staff hotel menutup telinga mereka. Kejutan ketiga adalah mobil yang dipergunakan oleh kami untuk bepergian di Kuta ternyata mampu menampung kami bertujuh ditambah dengan supir. Wow, suatu kebetulan yang sungguh mengherankan bukan? Dan kejutan yang terakhir terjadi pada saat kami bermain banana boat di tanjung benoa, pada saat boat kami terguling, ternyata kami terjatuh di air laut yang dangkal, sehingga saya dapat menjejakkan kaki sampai ke dasar laut. Aneh tapi nyata namun seru bukan? Maka tidaklah mengherankan bila saya dapat mengubah sebuah persamaan matematika baku: 5+2= liburan seru.

Kamis, 16 Oktober 2008

Pesona Gili Trawangan

Gili Trawangan terletak di sebelah barat laut pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Keindahan alam pulau ini mampu menarik perhatian turis asing terutama para penggila diving dan snorkeling, namun sayangnya jumlah turis lokal Indonesia masih dapat dihitung dengan jari tangan. Di pulau ini tidak terdapat satupun kendaraan bermotor, moda transportasi yang diperbolehkan mondar-mandir di pulau ini hanyalah kuda dengan keretanya dan penduduk lokal menyebut alat transportasi ini dengan cidomo.
Ladies and gentlemen, please seat tight and enjoy some pictures of Gili Trawangan :





Dream Divers hotel




Hey....it's Indonesian flag!












No Boundaries....















Restoran Pizza di pulau terpencil

















Bagaimana pendapat Anda mengenai keindahan gili trawangan ini? Maka janganlah ragu untuk mengepak tas ransel dan pergi mengunjungi pulau indah ini. Di sana tidak terdapat polusi udara, maupun kemacetan lalu lintas. Yang ada hanyalah pasir putih, pantai yang indah dan penduduk yang bersahabat. So what are you waiting for?

Senin, 13 Oktober 2008

Resensi Buku: Elie Wiesel, Night


Sebuah buku dengan judul yang sangat singkat: Malam. Penulisnya adalah Elie Wiesel, seorang keturunan Yahudi yang memperoleh Nobel Perdamaian pada tahun 1986. Melalui buku ini, Wiesel ingin menceritakan peristiwa-peristiwa pahit yang harus dijalaninya selama di kamp konsentrasi Auschwitz dan Buchenwald pada masa kejayaan Nazi tahun 1944.
Wiesel beserta orang tua dan kedua saudarinya dipaksa oleh Nazi untuk meninggalkan rumah mereka yang nyaman di Sighet, Transylvania, pada saat ia masih dalam usia remaja: 15 tahun. Dalam kondisi mendapat perintah dari para prajurit Gestapo, mereka masuk ke dalam sebuah gerbong kereta yang sudah penuh sesak oleh rekan sebangsa Yahudi menuju kamp konsentrasi Auschwitz.
Ketika kereta api tiba di Auschwitz, hari masih gelap. Dari jendela gerbong kereta api, Wiesel melihat api dan asap membumbung tinggi dari sebuah Chimney yang besar serta bau daging terbakar yang menyengat. Pemandangan ini membuat hatinya menjadi ciut. Kemudian mereka harus turun dari kereta api dan dipisahkan antara kaum pria dan wanita, sehingga pada saat inilah Wiesel dapat melihat ibu dan kedua saudarinya untuk terakhir kali. Setelah mereka dipaksa berjalan menuju bangunan kamp, mereka harus melewati chimney dan dapat merasakan panasnya api yang keluar daripadanya. Wiesel melihat sebuah truk sedang menurunkan muatannya di dekat chimney, anak-anak yang masih terbungkus oleh kain, mereka masih bayi! Bayi-bayi ini dilempar ke dalam api dalam keadaan hidup. Wiesel bertanya dalam hati: apakah saya bermimpi? apakah saya masih hidup?
Tujuan Wiesel menulis buku ini adalah supaya kejadian mengerikan seperti pengalaman pahitnya ini tidak terulang kembali di masa depan. Dan ia ingin memberikan penghormatan dan peringatan untuk kedua orang tuanya serta adik kecilnya yang menjadi korban dalam peristiwa ini. Bagaimana cara Wiesel dapat bertahan hidup di dalam kamp konsentrasi? Anda dapat membaca lebih lanjut kisah hidup Elie Wiesel yang dituliskan di dalam buku berjudul Night.

Minggu, 05 Oktober 2008

Ranca Bentang III/3

Saat ini saya sedang ingin mengenang masa lalu, sebelas tahun yang lalu, ketika itu saya mendapati kenyataan bahwa saya diterima menjadi mahasiswi baru di sebuah universitas swasta di Bandung. Maka saya pun mencari tempat kos yang lokasinya tidak jauh dari kampus, karena pada saat itu, saya hanya mengandalkan kedua kaki untuk dapat berangkat belajar ke kampus, alias tidak punya kendaraan pribadi. Untung saja, saya mendapatkan sebuah kamar kos khusus putri di jalan Ranca Bentang III No.3. Lokasinya cukup strategis karena perjalanan ke kampus dapat ditempuh hanya dalam waktu lima belas menit dengan berjalan kaki. Kos khusus putri ini hanya memiliki 9 buah kamar tidur dengan 3 buah kamar mandi, dapur di bagian belakang dan sebuah ruang televisi yang cukup besar.

Para anggota kos ini berasal dari beberapa daerah di Indonesia, sebagian besar berasal dari Jakarta, serta tiga orang yang masing-masing berasal dari Semarang, Padang dan Lampung. Menjadi seorang anak kos berarti harus belajar banyak hal seperti: belajar hidup mandiri, belajar mengatur keuangan dan belajar menghargai perbedaan karakter dari sesama penghuni kos. Kadangkala terjadi salah paham atau konflik di antara anggota kos akibat masing-masing individu memiliki keunikan yang tidak ada duanya di dunia, seperti: ada teman yang sangat mengerti bahasa kucing sehingga sering menyapa kucing yang sedang berjalan di depan rumah, adapula yang kerjaannya tidur terus, atau adapula individu yang sering stress karena lupa mengerjakan tugas asistensi kampus. Namun sebagai anak kos yang jauh dari rumah, kami belajar menjadi dewasa, sehingga kami berusaha menyelesaikan sekecil apapun konflik, dan membuat suasana rumah kos tetap nyaman.

Selain itu, keuntungan memiliki predikat anak kos, kami belajar untuk mengatur keuangan. Hal ini sangat penting, karena kami masih bergantung dari uang kiriman orang tua, dan begitu banyak biaya yang harus dilunasi setiap bulannya; foto copy buku kuliah, biaya transportasi, biaya dugem (dunia gemerlap), bayar sewa kos, dan yang paling penting adalah biaya membeli makanan. Seperti rahasia umum yang sudah diketahui oleh banyak orang, Bandung merupakan kota dengan banyak tempat makan yang sangat menggiurkan, sebut saja: serabi Enhai, martabak San Fransisco, siomay Cisangkuy dan masih banyak lagi. Seringkali uang kiriman orang tua tidak mencukupi karena sifat boros dan lapar mata yang kadang menghinggapi sehingga uang sudah habis sebelum waktunya. Namun kami sering merasa malu untuk meminta lebih, aduh....gengsi dong. Maka trik yang akan kami lakukan adalah: memecahkan celengan ayam kesayangan, makan pagi hanya minum kopi, makan siang dengan mie instan dan makan malam hanya seperempat porsi. Sungguh menyedihkan, namanya juga nasib anak kos.

Hal yang paling saya rindukan adalah kebersamaan ketika salah satu penghuni kos sedang berulang tahun. Kebersamaan dalam hal menyiapkan telur busuk, tepung terigu dan sebanyak mungkin ember berisi air yang dengan berbagai macam cara dapat kami siramkan tepat di atas kepala the birthday girl. Setelah proses penyiraman ini, tibalah saatnya kami ditraktir makan di tengah kota Bandung. Sebagai informasi, letak kampus saya berada di daerah Ciumbuleuit yang terletak di perbukitan Bandung Utara, sehingga jauh dari pusat kota. Dan yang paling menyedihkan, setiap jam 6 sore, ada peraturan tidak tertulis bahwa angkot hijau yang biasanya berjalan hilir mudik dari dan menuju kampus tidak diperkenankan beroperasi. Angkot hijau digantikan dengan pengendara sepeda motor alias ojek, sampai dengan jam 6 pagi keesokan harinya. Sehingga bila kami ditraktir makan malam di daerah Dago dan tiba di pertigaan Ciumbuleuit pada jam 8 malam, jangan harap dapat menemukan angkot karena tidak akan ada angkot yang berani menarik penumpang. Maka jalan satu-satunya untuk pulang ke kos adalah menggunakan kedua kaki alias berjalan kaki sepanjang 3 kilometer dengan karakteristik jalan yang menanjak pula. Sebenarnya ada alternatif naik ojek, tapi kami ingin memanfaatkan situasi kebersamaan tersebut secara maksimal dengan mengeluarkan ongkos yang minimal.

Bagaimana dengan cerita saya. Seru bukan? Maka jangan pernah sepelekan nasib anak kos, karena dengan menjadi bagian dari anak kos, saya dapat belajar hidup mandiri, belajar mengatur keuangan dan yang paling penting bisa bertemu dengan pribadi-pribadi penuh ketulusan dalam berteman. Semuanya itu saya dapatkan di Ranca Bentang III/3.

........

Tulisan ini didedikasikan untuk: Alice, Nanis, Dian, Mia, Sisca, Nana, Anita, Dita, Mandy dan Stella. Thank's for the memories. Cheers!

Kamis, 25 September 2008

Back to Nature

Obyek foto seorang anak perempuan dan seekor kerbau yang sedang menjulurkan lidahnya ini saya temukan ketika sedang berjalan-jalan di Taman Buah Mekarsari-Jonggol.
Saya bukanlah seorang fotografer handal yang tahu mengenai data-data seperti: averture, lens, speed? focal length? waduh, istilah2 ini pun baru saja saya copy & paste dari foto hasil jepretan seorang teman di website Friendster. Maklum saja, menggeluti hobi photography harus mempunyai modal besar, karena banyak sekali pernak-pernik kamera yang harganya mahal, dan saya masih belum rela untuk membeli peralatan tersebut.
Pada saat diadakan lomba foto di kantor, saya memberanikan diri untuk ikut serta. Kamera digital yang saya miliki pun tidak terlalu canggih, yang penting bisa dipergunakan untuk merekam kegiatan anak Indonesia dalam keseharian, tema lomba foto tersebut.
Ketika saya melakukan hunting foto di taman buah Mekarsari, ternyata baru disadari bahwa pekerjaan seorang fotografer itu sangat melelahkan, karena tidak semua foto yang berhasil saya jepret bagus, baik kualitas gambar maupun obyeknya. Ada foto yang hanya memperlihatkan punggung seorang anak yang sedang bermain layangan, bahkan adapula foto yang hanya memperlihatkan tangan seorang anak yang sedang bermain sepeda. Come on, man? saya sudah mulai putus asa.
Namun, seketika itu pula saya melihat seekor kerbau yang sedang berdiri di dalam kubangan air. Seorang bapak membantu anak perempuannya duduk di atas punggung kerbau tersebut, sebuah pemandangan yang sangat menarik, maka saya pun mulai merekam gambar dengan kamera digital.klik....klik....Si bapak pun menoleh dengan heran dan sedikit curiga, mungkin dia berpikir bahwa saya punya niat jahat. Pak, saya sedang mengumpulkan foto kerbau, boleh ya saya foto anak bapak dan kerbau ini? kata saya. Si bapak hanya menganggukkan kepala dan saya pun kembali merekam gambar...klik...klik...klik...

Dan gambar terbaik yang dapat saya hasilkan adalah foto yang terpasang di atas tulisan ini. Walaupun saya hanyalah seorang fotografer amatiran tapi hasil foto yang memiliki judul back to nature ini mampu dinyatakan sebagai finalis lomba foto di kantor saya. Sepertinya sih, para juri sangat terkesan dengan raut ekspresi si kerbau. Terima kasih bo.........ups.....kebo maksudnya......

Kamis, 11 September 2008

Pria Berkacamata di Pinggir Bekasi

Setiap manusia mempunyai target atau orientasi hidup tertentu. Seperti contohnya saya, sewaktu masih duduk di bangku SMA, saya sangat ingin menjadi seorang mahasiswa, yang menurut pandangan saya, sangat bebas mengatur waktu untuk kuliah ataupun cuci mata ke mall maupun bergosip bersama teman, karena pada saat itu, saya sangat bosan dengan mata pelajaran yang padat dan jadwal latihan Marching Band di sekolah.
Setelah saya berhasil menjadi mahasiswa jurusan teknik sipil di sebuah universitas swasta di bandung, saya pun kembali merasakan kebosanan dalam menjalani padatnya jadwal kuliah dan tugas asistensi dari dosen. Di saat itu saya memiliki mimpi untuk menjadi seorang eks-mud, singkatan keren untuk eksekutif muda atau karyawan perusahaan bonafid. Intinya saya selalu merasa bosan dalam menjalani kehidupan keseharian.BOSAN!.Anda pasti juga pernah merasakannya, iya kan?
Saat ini saya telah memperoleh pekerjaan menjadi seorang karyawati di salah satu perusahaan kimia yang -ehmm- lumayan bonafid. Seharusnya saya tidak merasa bosan, mengingat sulitnya mencari pekerjaan di tengah kacau balaunya keadaaan lapangan pekerjaan di Indonesia. Namun, seperti yang selalu saya alami, saya pun didera perasaan yang sama: Bosan lagi-bosan lagi.Huh!
Perasaan itu selalu menghantui diri saya, sampai suatu ketika, mobil saya melintas di sebuah perumahan mewah di daerah Bekasi. Terlihat di sebelah kiri jalan, duduk dengan manis seorang pria dengan kisaran umur empat puluh tahun, dan menggunakan kacamata hitam. Di pangkuannya tergeletak sebuah tas berwarna merah yang sudah lusuh dan tangan kanannya memegang payung dengan warna putih pudar.
Saya bertanya di dalam hati, sedang apa pria tersebut duduk di pinggir jalan? Hari itu matahari sedang bersinar terik-teriknya. Panas! Karena penasaran, saya sedikit menepikan mobil, untuk melihat apa yang sebenarnya sedang ia tunggu. Terlihat sebuah karton putih dikalungkan di lehernya, dan terbaca: "menerima pijat tuna netra".
Wah, ternyata bapak berkaca mata hitam ini adalah seorang tuna netra. Beliau menunggu di pinggir jalan, siapa tahu ada yang berminat menggunakan jasanya untuk dipijat. Walaupun ia memiliki keterbatasan penglihatan, pria tersebut tidak ingin dikasihani orang namun ia mengunakan kemampuannya memijat untuk mendapatkan uang.
Yang mau saya garis bawahi di sini, ia menunggu....entah sampai kapan....di tengah teriknya matahari.....derasnya hujan.....siapa tahu, ada orang yang mau memakai jasanya. Mungkin pada hari ini dia tidak mendapatkan uang, atau mungkin juga banyak orang yang ingin dipijat olehnya. Dia tidak malu menunggu di pinggir jalan dan pantang menyerah diterpa cuaca panas terik.
Dengan semangat bapak tuna netra ini, saya menjadi malu pada diri sendiri. Tuhan telah memberikan fisik yang tidak kurang suatu apapun kepada saya, kesempatan belajar sampai perguruan tinggi, pekerjaan yang baik, namun kadangkala saya lupa berterima kasih kepadaNYa.
Terima kasih Tuhan, atas semua berkat melimpah yang telah Engkau berikan.
Terima kasih bapak berkaca mata, karena engkau telah membuka mata saya.
May God Bless You.....always........

Rabu, 10 September 2008

Hey Hanny...

Seorang wanita muda cantik jelita masuk ke dalam sebuah klub malam di daerah Kuta, Bali. Ia melirik ke arah jam tangan yang digunakannya dan menghela napas, sudah pukul 10 malam. Asap rokok dan musik hingar bingar menyambutnya di pintu masuk. Wanita dengan rambut panjang berwarna coklat ini memperhatikan keadaan sekelilingnya. Klub malam tersebut sudah penuh sesak, maklum, hari ini adalah malam minggu dan sebagian besar pengunjungnya turis mancanegara. Tangan seseorang menyentuh bahunya, si wanita menoleh dan tersenyum. Ternyata salah satu temannya telah mendapatkan tempat duduk. Si wanita cantik jelita kemudian duduk di samping teman-temannya. "Hey Hanny, mau pesan minuman apa?" salah seorang temannya berteriak di tengah hingar bingar musik. Wanita cantik jelita itu bernama Hanny Cartwright.

Hanny tersenyum dan berkata "Seperti biasa, Jack. Saya pesan minuman soda saja. Thanks ya" Jack mengangguk dan bertanya kepada 3 orang temannya yang lain mengenai minuman yang akan mereka pesan. Tiket masuk ke dalam klub malam sudah termasuk welcome drink. Hanny dan rekan-rekan kantornya baru saja menyelesaikan program training marketing selama 3 hari dan mereka pun sepakat untuk menghabiskan malam terakhir di Bali dengan mengunjungi sebuah klub malam. Pengunjung Bounty, nama klub malam itu, begitu terhanyut di dalam hentakan musik disco. Mereka menggoyangkan badan mengikuti irama musik, sambil membawa serta minuman di tangannya.

Minuman yang mereka pesan telah sampai di meja. Hanny memesan minuman soda sementara Dini, Jack, Rico, dan Steven memesan bir dingin. Dini menjulurkan botol birnya kepada Hanny. "Mau coba tidak? Jauh-jauh datang dari Jakarta ke Bali, masa minumannya standar kantin kantor sih?" Hanny menjulurkan lidahnya kepada Dini dan menggelengkan kepala. Rico mengeluarkan sebungkus rokok Marlboro dari kantong celana jeansnya, mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Sambil menghembuskan asap rokoknya, diam-diam ia memandang wajah Hanny. Selama setahun terakhir, wajah wanita cantik ini selalu hadir di dalam kepalanya. Hidungnya yang mancung, matanya yang berwarna coklat dan senyuman yang manis menawan hati, selalu membuatnya tidak ingin memalingkan wajah. Sebagai wanita yang memiliki ayah berkebangsaan Inggris dan ibu yang memiliki darah Jawa-Cina, tidaklah mengherankan bila tampilan fisiknya pun berbeda dari wanita Indonesia pada umumnya.

Jack mengajak Steven dan Dini untuk turun ke lantai disco. Dini menjulurkan tangannya kepada Hanny. "Minuman gue belum habis, Din. Nanti gue susul deh", teriak Hanny. Dini mengangkat bahunya dan mengikuti kedua temannya turun ke lantai disco. Hanny menoleh kepada Rico." Kamu tidak ikut, Rico?" Sambil menghembuskan asap rokoknya, Rico menatap Hanny dan menggelengkan kepala. Di dalam hati, Hanny merasa tidak nyaman duduk berdua saja dengan Rico. Pria yang berumur dua tahun lebih tua dari dirinya ini, seringkali memperhatikannya dengan diam-diam, dan Hanny merasa canggung dengan tingkah lakunya itu. Apalagi Rico telah menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki.

"Hanny, bagaimana kabar pacar kamu itu? Siapa namanya? Bobby?" ujar Rico memecahkan kesunyian di antara mereka berdua. "Bukan Bobby, nama pacarku: Donny. Dia masih tinggal di Belanda karena thesis S2 Bussiness Management-nya belum selesai. Rencananya lima bulan lagi Donny akan kembali ke Jakarta." Rico sedikit mencibirkan bibirnya. "Dan kamu masih percaya hubungan jarak jauh? Kamu masih percaya kalau pacar kamu itu tetap setia?" Hanny menatap Rico, terlihat kilat kemarahan di matanya. Huh, itu bukan urusan kamu deh! gerutu Hanny di dalam hati. Namun karena terlalu sering manusia di sekitarnya bertanya mengenai hal itu, maka Hanny pun segera dapat mengeluarkan jawaban pamungkasnya "Hmm, aku selalu berpikir positif mengenai Donny. Dan aku akan selalu setia menunggunya. Apalagi kami sudah merencanakan akan melangsungkan pernikahan setelah Donny kembali ke Jakarta."

Rico mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Ini sudah batang rokok yang ke-tiga. Berada berdekatan dan berdua saja dengan wanita idamannya, membuatnya merasa gugup. "Hanny, Hanny, kamu ini polos banget sih? Belanda itu kan terkenal dengan komoditi seks bebasnya. Apakah kamu tidak takut kalau selama ini pacar kamu selingkuh?" Hati Hanny mulai terasa panas. Menyebalkan sekali sih manusia yang satu ini. " Rico, cowok aku itu kuliah Business di Maastricht. Dan Maastricht itu adalah kota kecil, sementara yang kamu katakan terkenal dengan komoditi seksnya adalah Amsterdam." Rico terkekeh mendengar penjelasan Hanny " Please Hanny, walaupun kota pelajar, tapi kalau tempat dan suasananya mendukung untuk berselingkuh, bisa juga kan?" Hanny ingin sekali menampar mulut pria berusia 29 tahun ini. "Begini saja deh Rico, sebenarnya hal itu kan bukan urusan kamu. Mau Donny selingkuh atau tidak, untuk apa kamu peduli? Yang penting aku akan tetap setia menunggu dia. Itu yang paling penting. Sorry Rico, aku akan gabung dengan teman-teman." Hanny berdiri dan setengah berlari menuju ke tempat teman-temannya berdiri, mereka telah larut ke dalam hentakan musik.

Rico tertegun dengan jawaban Hanny. Sebenarnya ia merasa kagum pada Hanny. Walaupun wanita itu memiliki wajah yang menawan dan banyak sekali klien perusahaan advertising mereka yang berusaha mendekatinya, namun Hanny tetap tidak bergeming. Ia tetap setia menunggu pacarnya yang sedang belajar di Belanda. Hanny merupakan wanita yang istimewa karena di tengah maraknya kasus perselingkuhan, meningkatnya angka perceraian dan maraknya gubahan lagu yang mengajak orang untuk berselingkuh, ternyata masih ada orang yang memegang teguh prinsip kesetiaan. Oh Hanny, andai saja kita sudah bertemu sejak tiga tahun yang lalu. Rico semakin tenggelam di dalam lamunannya. Andai saja...

(Cerita di dalam tulisan ini fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, lokasi ataupun peristiwa, hal tersebut adalah kebetulan yang tidak disengaja. Cheers!)

Minggu, 24 Agustus 2008

Mengintip Sistem Transportasi di Kota Bangkok

Bangkok, sebagai ibukota negara Thailand yang terkenal dengan sebutan negara seribu pagoda, memiliki situs-situs budaya yang menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata terpopuler di dunia, yaitu: Grand Palace, Wat Arun, Wat Pho, Wat Phra Kew, pasar terapung Damnoen Saduak dan masih banyak lagi. Dalam usaha untuk meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan asing dan menurunkan tingkat polusi udara dan kepadatan lalu lintas, pemerintah Thailand telah mengembangkan moda-moda transportasi yang terpadu dan saling mendukung sehingga terbentuk sebuah sistem transportasi yang baik. Saat ini kota Bangkok telah memiliki beberapa moda transportasi unggulan; moda transportasi air berupa perahu mesin melintasi sungai Chao Phraya yang eksotik, moda transportasi Skytrain dengan konstruksi diatas jalan raya, moda transportasi underground/MRT, kereta api antar kota, bis antar kota maupun kendaraan tradisional Thailand beroda tiga yang dikenal dengan sebutan Tuk-tuk.

Skytrain
Di awal tahun 1990, tingkat kemacetan lalu lintas di kota Bangkok digolongkan ke dalam kondisi sangat parah, sehingga terbuka wacana untuk membangun konstruksi moda transportasi yang dapat mengurangi tingkat kepadatan jalan raya. Pemerintah Thailand mulai merencanakan sebuah moda transportasi Bangkok Mass Transit System (BTS) atau Skytrain yang diadopsi dari Vancouver SkyTrain. Namun karena adanya interfensi politik dari pemerintah Thailand pada tahun 1992, rencana pengembangan moda transportasi ini sempat dihentikan. Pemerintah Thailand pada waktu itu lebih menaruh perhatian pada pengembangan konstruksi jalan raya dan highways. Dengan adanya penambahan dan pelebaran lajur jalan raya meningkatkan minat penduduk kota untuk membeli kendaraan pribadi, sehingga kondisi kepadatan lalu lintas di kota Bangkok menjadi semakin tidak terkendali.

Dengan kondisi kemacetan lalu lintas yang semakin parah, pemerintah Thailand membuka kembali wacana rencana pembangunan BTS. Dengan dilakukan beberapa perubahan rute perjalanan dan penggunaan teknologi kereta yang canggih dari Siemens, pembangunan moda transportasi ini pada akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 1999, dan diresmikan oleh anggota kerajaan Thailand putri HRH Maha Chakri Sirindhorn. Moda transportasi ini memiliki 2 jalur yaitu BTS Sky train-jalur hijau tua: jalur Silom (Saphan Taksin- National Stadium) dan jalur hijau muda: jalur Sukhumvit (On-nut - Mochit). Di stasiun Siam Central Interchange, penumpang dapat berpindah dari jalur kereta hijau muda ke jalur kereta warna hijau tua. Untuk memudahkan perpindahan calon penumpang, setiap stasiun Skytrain dilengkapi anak tangga maupun escalator bahkan terdapat ramp yang dapat digunakan oleh calon penumpang yang menggunakan kursi roda. Dengan jumlah stasiun 23 buah, BTS Skytrain mampu memindahkan lebih dari 500.000 penumpang per hari. Angka tersebut diharapkan dapat meningkat dengan dikeluarkannya kartu smart card yang dapat digunakan baik untuk moda transportasi BTS maupun Mass Rapid Transfer (MRT), kartu tersebut dikeluarkan di tahun 2007.

Mass Rapid Transfer/MRT
Dengan keberhasilan moda transportasi Skytrain yang dapat memindahkan ratusan ribu penumpang per hari, pemerintah Thailand kemudian mengembangkan moda transportasi bawah tanah atau moda transportasi yang biasa dikenal dengan sebutan Mass Rapid Transit/MRT (mampu memindahkan penumpang dalam jumlah besar). Pembangunan konstruksi MRT yang berada 30 m dibawah tanah tersebut dimulai pada tahun 1996 dan sempat mengalami beberapa rintangan yang cukup berarti antara lain krisis ekonomi yang menghantam wilayah Asia Tenggara pada tahun 1997 dan sulitnya pembangunan konstruksi bawah tanah di kota Bangkok yang berada di daerah rawa-rawa.

Pembangunan Bangkok Metro dengan jalur ’Blue Line’ dapat diselesaikan pada tahun 2004 dan diresmikan oleh Raja Bhumibol Adulyadej. Jalur Blue Line membentang sepanjang 21 kilometer dari daerah Bang Sue ke Hua Lamphong (stasiun kereta api tujuan luar kota) dengan total 18 stasiun pemberhentian. Saat musim hujan, sering terjadi banjir di dalam kota Bangkok, sehingga untuk menghindari tergenangnya jalan masuk stasiun MRT dari banjir, elevasi pintu masuk MRT dibangun + 50 cm di atas permukaan tanah dan diperlengkapi dengan peralatan yang dapat mencegah air banjir masuk ke dalam stasiun. Sebuah pintu kaca tembus pandang yang akan terbuka secara otomatis saat kereta MRT berhenti di stasiun menjadi pembatas antara platform stasiun dengan lajur track kereta MRT. Pintu kaca tersebut untuk menghindari terjatuhnya calon penumpang ke dalam lajur kereta ataupun untuk menghindari tindakan percobaan bunuh diri.


Sistem Transportasi yang terpadu
Sebuah sistem transportasi diciptakan untuk mempermudah perpindahan manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan beberapa moda transportasi. Pemerintah Thailand telah merencanakan sebuah sistem transportasi di kota Bangkok yang patut mendapat pujian, sebab penduduk kota tersebut tidak mengalami kesulitan pada saat harus berpindah dari suatu moda transportasi ke moda transportasi lainnya. Salah satu contohnya terdapat 2 buah stasiun interchange yang dapat mempermudah penumpang untuk berpindah dari MRT ke Skytrain di stasiun MRT Sukhumvit dan Silom. Kemudian apabila tujuan salah satu penumpang adalah melintasi sungai Chao Phraya dengan naik perahu mesin yang berangkat dari pier/dermaga Saphan Taksin, maka penumpang tersebut dapat menggunakan Skytrain jalur Silom dan berhenti di stasiun Saphan Taksin, dan setelah menuruni beberapa anak tangga, dermaga perahu dengan mudah terlihat dan ditemukan.

Sistem tranportasi yang baik ini pun berlaku untuk tujuan perjalanan ke luar kota Bangkok, sebab stasiun kereta api Hua Lamphang dapat diakses melalui MRT dan stasiun bis Ekamai dapat diakses melalui Skytrain. Hal ini dapat mempermudah perjalanan para wisatawan asing yang ingin bepergian ke situs-situs budaya yang berada di luar kota Bangkok seperti kota tua Ayutthaya maupun pantai Pattaya. Selain itu keseriusan pemerintah kota Bangkok untuk meningkatkan jumlah wisatawan asing pun terlihat dari kemudahan mendapatkan peta kota Bangkok dan peta stasiun Skytrain maupun MRT di airport Suvarnabhumi yang dibagikan secara gratis. Sehingga wisatawan yang datang dengan dana terbatas dapat berjalan-jalan mengelilingi kota Bangkok menggunakan moda tranportasi umum tersebut.

Melihat kemajuan pengelolaan sistem transportasi ibukota Thailand sebagai negara sesama anggota ASEAN tersebut, sudah saatnya pemerintah kota Jakarta sebagai ibukota Indonesia, mempertimbangkan untuk menciptakan sebuah sistem transportasi yang terpadu pula. Perbedaan karakteristik kota Bangkok dengan kota Jakarta tidak berbeda dalam hal seringnya terjadi banjir maupun tingginya potensi kemacetan lalu lintas, namun kota Bangkok secara perlahan namun pasti mampu melepaskan diri dari predikat kota dengan polusi dan kemacetan terparah ketiga di dunia. Kapankah penduduk kota Jakarta dapat menunjukkan kebanggaannya memiliki sistem transportasi yang terkoneksi dan terpadu dengan baik di dalam kota? Tidak ada kata terlambat bagi pemerintah kota Jakarta untuk mulai duduk bersama merencanakan dan menciptakan sistem transportasi yang dapat mengurangi kemacetan lalu lintas. Apabila para pejabat pemerintahan kota Jakarta masih sulit untuk dapat duduk bersama merencanakan sebuah sistem transportasi terpadu, maka tidak ada salahnya untuk tetap mengintip sistem transportasi kota Bangkok, sehingga inspirasi untuk menciptakan sistem transportasi kota yang baik tetap berkobar dalam ingatan kita dan tetap berkhayal suatu saat nanti kota Jakarta akan bebas dari kemacetan lalu lintas. Aminnnn.


phendrani
Alumnus Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Katolik Parahyangan-Bandung
*saat ini menetap di kota Jakarta yang macet parah*

Selasa, 12 Agustus 2008

Bertemu dengan Nemo


Tanah Minahasa memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk menarik banyak wisatawan asing datang berkunjung. Salah satunya adalah taman laut Bunaken yang terletak di sebelah utara kota Menado. Bagi mereka yang memiliki hobi menyelam atau snorkeling, pastinya nama Bunaken tidak asing lagi, sebab taman laut ini termasuk dalam top 10 tempat menyelam terpopuler di dunia.

Pada saat ada kesempatan berkunjung ke sana, tentulah tidak lengkap bila tidak mencoba terjun ke dalam laut untuk mengagumi terumbu karang dari dekat. Saya dan teman-teman memberanikan diri untuk mencoba snorkeling dengan menyewa peralatan snorkel dan pelampung berwarna orange terang. Tadinya saya sempat ketar-ketir juga, sebab walaupun bisa berenang dan telah memakai pelampung, saya sempat merasa takut dengan kedalaman laut di bawah perahu. Perahu yang kami tumpangi berhenti di tengah laut, dan mulailah teman-teman saya yang mayoritas berjenis kelamin wanita menceburkan diri ke dalam air laut berwarna biru gelap.

Pada saat saya telah menggabungkan diri berenang dalam air laut, saya pun memakai kacamata snorkel dan mulai terpesona dengan keindahan terumbu karang yang tepat berada di bawah kaki. Setelah dapat menyesuaikan diri dengan peralatan snorkel, saya pun memisahkan diri dari rombongan teman seperjuangan dan berenang lebih ke tengah laut. Di sana terlihat seekor ikan berwarna orange dan garis putih di sekitar tubuhnya. Ikan ini mengingatkan saya pada tokoh utama film animasi Walt Disney berjudul Finding Nemo. Hi Nemo! kata saya dalam hati sambil tetap memperhatikan ikan tersebut berenang mendekati terumbu karang.

Pengalaman berenang di tengah laut dan melihat terumbu karang yang sangat indah, merupakan hal yang tidak ingin dilupakan. Semoga kelestarian taman nasional Bunaken tetap dapat terjaga sehingga semakin banyak orang dapat mengagumi salah satu keindahan alam laut Indonesia.Amin.

Rabu, 06 Agustus 2008

Bermain ATV

Setiap tahun, kantor saya yang bergerak di bidang kimia konstruksi mengadakan acara sales conference di luar kota Jakarta. Tujuannya tentu saja untuk memberikan waktu bersantai bagi para anggota sales yang telah bekerja keras selama satu tahun sesuai dengan slogan: work hard, play hard.
Di awal tahun 2008, kami mengadakan sales conference di Bali. Setelah rangkaian acara presentasi hasil pencapaian tim sales dan beberapa hal yang penting untuk dibahas, kami memiliki satu hari untuk bersantai. Kali ini panitia acara memutuskan bahwa kami akan bermain ATV (All Terrain Vehicles) di Tabanan.

Sebelumnya saya tidak pernah mengetahui benda apakah yang dimaksud dengan ATV tersebut dan baru pertama kali ini ikut offroad dengan ATV. Setelah rombongan berjumlah 30 orang sampai di Tabanan, kami pun dibagi menjadi 2 grup yaitu: tim Tom dan tim Jerry. Menurut undian koin uang yang dilemparkan, ternyata tim Tom mendapat giliran pertama bermain ATV, sementara saya yang ikut dalam tim Jerry, harus menunggu giliran, namun panitia telah menyiapkan sebuah acara team building yang lumayan seru juga.

Setelah 1,5 jam menunggu, akhirnya tim Tom selesai bermain ATV. Mereka menghampiri kami dengan pakaian yang tampak kotor terkena lumpur berwarna coklat dan sepatu yang sudah tidak terlihat warna aslinya karena penuh dengan lumpur.
Ketika tim Jerry tengah bersiap-siap masuk ke arena offroad, salah satu anggota tim menemukan lemari penyimpanan sepatu boots yang tidak dilihat oleh tim Tom, sehingga kami pun dapat berganti sepatu. Kejadian ini membuat iri beberapa anggota tim Tom, sehingga pada saat tim Jerry sedang bermain ATV, mereka mengambil lumpur dan mengoleskannya pada sepatu-sepatu anggota tim Jerry. Kisah ini seperti cerita di film kartun Tom and Jerry bukan? Tapi untunglah sepatu saya selamat dari lumpur karena tersimpan dengan rapi di dalam tas ransel. Gotcha!

Selasa, 05 Agustus 2008

Keindahan Gunung Lokon, Minahasa


Komunitas sahabat museum mengadakan perjalanan ke tanah minahasa pada bulan Mei 2008. Tujuan perjalanan adalah mengunjungi Bunaken, Tondano dan Tomohon. Pada waktu saya mendaftarkan diri mengikuti kegiatan ini, saya tidak mengetahui obyek wisata yang menarik di kota Tomohon. Kami tiba di kota tersebut pada malam hari tanggal 18 Mei 2008, dan menginap di Lokon Boutique Resort. Ternyata obyek wisata yang paling terkenal di Tomohon terletak di dekat hotel. Pada malam itu saya dapat melihat siluet sebuah gunung di sisi kanan hotel dan siluet gunung tersebut menjadi sangat indah pada saat matahari pagi bersinar.
Maka tidak mengherankan bila kami pun sibuk berfoto dengan latar belakang gunung Lokon. Dengan melihat foto yang terpasang di atas tulisan ini, coba tebak, saya berdiri di sebelah mana ya?

Minggu, 03 Agustus 2008

Ada Apa dengan Pattaya?


Kota Pattaya dapat ditempuh selama 2 jam perjalanan dengan menggunakan alat transportasi bis yang berangkat dari terminal bis Ekamai, Bangkok. Salah seorang teman saya, Chris, pernah berkunjung ke pantai-pantai yang terdapat di kota Pattaya. Ia pernah berkata kepada saya: the beaches aren't recommended for Indonesian people to visit! Mengapa ia berkata begitu? Menurutnya, Indonesia memiliki banyak pantai yang lebih menarik dibandingkan dengan pantai-pantai yang terdapat di Pattaya. Salah satu contohnya, ia terkesan pada ombak yang terdapat di pantai Kuta, Bali, dimana ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk surfing.
Namun karena penasaran, maka pada saat ada kesempatan, saya pun pergi berkunjung ke sana. Ternyata setelah menghabiskan waktu selama 2 jam di dalam bis yang saya habiskan untuk tidur, tibalah saya di terminal bis kota Pattaya. Untuk mencapai pantai Pattaya, saya harus menyambung naik angkot dan membayar ongkos sebesar 30 baht per orang. Ketika saya menjejakkan kaki di pantai tersebut, saya baru dapat memahami mengapa teman saya, Chris, tidak merekomendasikan saya sebagai orang Indonesia untuk datang berkunjung ke sana. Pantainya berpasir halus dan jarak pantai dengan laut hanya selebar 10 meter! Coba bandingkan dengan pantai Kuta di Bali yang dapat dipergunakan untuk bermain volly atau bahkan bermain bola tanpa ada kekuatiran bahwa bola akan melayang ke tengah laut dan para peselancar tidak dapat bermain ombak di pantai Pattaya.
Maka saya pun heran, mengapa pantai Pattaya yang terletak di utara dan pantai Jomtien yang terletak di selatan begitu terkenal di dunia pariwisata? Namun, saya pun akhirnya menemukan jawabannya. Ternyata kota Pattaya sangat terkenal dengan kehidupan malamnya, dan walaupun saya berkunjung ke sana pada siang hari bolong, tampak berjalan hilir mudik para wanita lokal yang berpakaian serba minim dan bergaya menggoda para turis asing yang lewat di beberapa gang yang terletak di antara toko makanan dan pakaian. Suasana tersebut, terus terang, membuat saya merasa tidak nyaman, dan untunglah rencana untuk menginap di kota Pattaya tidak pernah terlintas di benak saya. Setelah mencoba makanan laut yang nikmat di salah satu restoran di pantai Jomtien, saya pun mencegat angkot yang akan mengantarkan saya ke terminal bis, saya akan segera kembali ke Bangkok!

Sabtu, 02 Agustus 2008

The Assumption Cathedral, Bangkok

Bila kita mengunjungi kota Bangkok, Thailand, kita dapat dengan mudahnya menemukan bangunan pagoda yang merupakan tempat beribadah mayoritas penduduk kota tersebut yang beragama Budha. Sehingga saya sedikit terkejut menemukan informasi bahwa terdapat sebuah gereja kathedral di salah satu pojok kota Bangkok, tepatnya terletak di daerah Bang Rak.

Gereja tersebut dibangun pada tahun 1910 dengan gaya arsitektur romansque, sehingga kita seperti berada di benua Eropa pada abad ke-10 bila memperhatikan bangunan kathedral tersebut. Bangunan gereja pernah direnovasi besar-besaran akibat terkena bom pada saat terjadinya perang dunia ke-2 di tahun 1942.

Bila Anda memiliki kesempatan untuk berkunjung ke kota Bangkok dan ingin melihat bangunan The Assumption Cathedral, Anda dapat menggunakan perahu motor yang beroperasi mengarungi sungai Chao Phraya dan turun di dermaga Oriental atau berjalan kaki dari Silom Road.

Selasa, 29 Juli 2008

Makam Batu Waruga Sawangan


Pada bulan Mei 2008, saya memiliki kesempatan mengunjungi tanah minahasa bersama teman-teman yang tergabung dalam komunitas Sahabat Museum. Salah satu obyek peninggalan sejarah yang menarik di sana adalah kuburan batu yang bernama Waruga. Lokasi makam tua tersebut terletak di Sawangan, kecamatan Airmadidi, memiliki jarak sekitar 40 kilometer dari kota Menado, Sulawesi Utara.
Makam yang terbuat dari batu dan dipahat pada bagian atas ini telah ada semenjak tahun 1600-an. Proses pemakaman dengan cara menaruh jenasah manusia yang telah meninggal dunia, dalam posisi duduk, ke dalam batu dengan lebar satu meter dan tinggi satu sampai dua meter tersebut dan makam ditutup dengan pahatan batu di bagian atasnya. Namun pada awal abad 19, kaum penjajah Belanda mencurigai bahwa terjadinya penyebaran wabah kholera dan typhus yang memakan banyak korban jiwa pada jaman itu berasal dari waruga yang diakibatkan oleh posisi makam batu yang tidak tertutup dengan rapat, sehingga mereka memutuskan untuk melarang diadakannya prosesi pemakaman dengan cara menaruh jenasah di dalam batu tersebut.
Waruga Sawangan ini dipugar pada tahun 1976 dan diresmikan oleh Bpk Daoed Joesoef, menteri pendidikan dan kebudayaan pada tahun 1978. Telah banyak wisatawan asing yang datang ke waruga tersebut walaupun kondisinya banyak yang telah rusak dicuri oleh pencuri makam. Maklum saja sudah menjadi kebiasaan umum disana bahwa orang yang meninggal dunia dikuburkan bersama dengan barang berharga miliknya seperti: cincin, kalung, gelang dan anting yang terbuat dari emas. Bila Anda tertarik mengunjungi salah satu peninggalan sejarah di tanah minahasa ini, Anda dapat menempuhnya dengan perjalanan selama 1.5 jam dengan angkutan umum dari kota Manado.

Jumat, 25 Juli 2008

Ulah Seorang Penggemar


Di suatu hari Minggu yang cerah, Ugo, salah seorang keponakan laki-laki menghampiri saya yang sedang duduk di ruang tamu. Ia memberikan sebuah amplop besar berwarna kuning pucat kepada saya. "Ini gambar kaki Ugo!" katanya dengan bangga. Gambar kaki? Saya membuka amplop tersebut dan di dalamnya terdapat tiga lembar hasil rontgen. Saya mengeluarkan salah satu hasil rontgen tersebut dan terlihatlah bagian bawah tulang kaki seorang anak kecil. "Ini gambar kaki Ugo!" Saya jadi tambah bingung, kenapa pula keponakan saya yang terkenal paling jahil sekompleks ini harus di-rontgen kakinya?Kakak perempuan saya akhirnya menceritakan secara detil jawaban pertanyaan tersebut.
Kejadian itu terjadi satu hari sebelumnya, tepatnya di suatu hari Sabtu yang sangat cerah. Ugo telah bangun dari tempat tidurnya ketika jam masih menunjukkan pukul 7 pagi dan seperti biasanya setelah minum segelas air putih, ia keluar bermain dengan teman sebayanya di taman kompleks. Beberapa jam kemudian, ibunya memanggil namanya dan ia pun pulang ke rumah untuk mandi pagi. Ketika Ugo sedang bermain air di dalam kamar mandi, seorang wanita tetangga sebelah rumah mengetuk pintu depan. Setelah kakak saya membuka pintu dan menyapa dirinya, ia berkata: "Bu, saya cuma mau bilang, tadi pagi Ugo bermain dengan Danny di rumah dan saya melihat ia meloncat dari balkon lantai dua!" Kedua mata kakak saya langsung terbelalak. Meloncat dari balkon lantai dua? Kakak saya langsung menghampiri pintu kamar mandi dan memanggil nama anak keduanya tersebut. Ugo menoleh dan sebuah senyum penyesalan terbentuk di wajahnya."Wah, mama pasti sudah tahu ya?!"
Tanpa panjang lebar lagi, keponakan jahil ini dimarahi oleh kedua orang tuanya sambil mereka memeriksa Ugo dari mulai kepala sampai kedua kakinya, bagian paha, betis sampai jempol kaki. Tidak terdapat luka serius di sana, namun kakak ipar memutuskan untuk membawa Ugo ke sebuah rumah sakit terdekat untuk dilakukan scanning pada kakinya. Setelah mendapat penjelasan dari kakak saya, giliran saya yang menginterogasi keponakan tercinta ini: "Kenapa Ugo meloncat dari balkon? balkon tetangga pula?" Ugo memandang saya dengan wajah tanpa dosa,"Minggu lalu papi dan aku nonton film Iron man di bioskop. Aku pengen seperti Iron man!". Waduh, ternyata keponakan berusia 5 tahun ini masih belum bisa membedakan antara kejadian yang hanya terjadi di dunia film dan kejadian nyata. Untung saja Tuhan masih melindungi Ugo, sehingga ia tidak cedera sedikitpun. Setelah kejadian ini, kedua orang tuanya lebih berhati-hati dalam menyeleksi film yang boleh ditonton oleh anak-anak mereka. Ada beberapa kriteria film yang dihindari oleh mereka, terutama film yang menunjukkan seorang tokoh idola anak-anak terjun dari gedung tinggi ataupun terbang. Watch out Parents!!

Selasa, 22 Juli 2008

Perjalanan menuju Mataram



KRIIIIIIIIIIIIIING.............KRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIING
Suara jam weker membuat saya terkejut dan terbangun dari tidur. Ketika dengan malasnya saya membuka mata dan menoleh kepadanya, terlihat jarum jam menunjukkan pukul 4 dini hari. Hari masih gelap dan udara pun dingin menusuk tulang, sehingga saya kembali menarik selimut dan menata letak bantal warna merah muda kesayangan. "Ah, tidur lima menit lagi deh!", dan mata saya pun kembali terpejam. Tidak berapa lama kemudian, riuh rendah suara kicau burung membuat mata saya terbuka dan sinar matahari telah mengintip melalui jendela kamar. Saya langsung terduduk di atas tempat tidur dan terlihat jarum jam weker telah menunjukkan pukul 5.30. "Oh My God, Gue kesiangan!". Hi! Nama saya phendrani, dan hari ini tanggal 25 Nov 2007 saya akan berangkat ke Surabaya dengan penerbangan pukul 6.55 WIB!!

Dengan tergesa-gesa, semua aktivitas pagi hari saya lakukan dengan cepat dan segera mengambil tas ransel serta travel bag yang tergeletak manis di kursi tamu dan dengan langkah seribu meninggalkan rumah untuk mencari taksi ke bandara. Setelah mendapatkan taksi, secara cepat saya pun menceritakan masalah kesiangan ini kepada bapak supir taksi, dan beliau pun mengerti apa yang harus dilakukan, yaitu menginjak pedal gas dan melaju dengan cepat ke bandara. Hari ini, saya memiliki rencana perjalanan ke pulau Lombok bersama dengan teman saya Mariza Dewantari dan Tante Widya. Kami telah mendapatkan tiket dengan biaya sangat murah dari sebuah maskapai penerbangan untuk penerbangan Jakarta-Surabaya, dan tiket lanjutan dengan maskapai lain untuk penerbangan Surabaya-Mataram. Tiket biaya murah ini kami dapatkan 6 bulan sebelum jadwal penerbangan tersebut.

Ok, sekian perkenalannya dan kembali pada masalah saya! Setelah mengetahui masalah keterlambatan itu, Bapak supir taksi dengan konsentrasi penuh menginjak pedal gas, tindakan ini menyebabkan badan saya terhentak ke belakang. Taksi melaju di jalan tol dengan kecepatan tinggi. Terlihat sekali bahwa Bapak supir taksi sangat prihatin dengan masalah yang saya hadapi, apalagi Mariza telah menghubungi telepon genggam saya dan mengatakan bahwa mereka telah berjalan masuk ke dalam boarding room untuk menunggu panggilan naik ke pesawat. Oh, tidak! Waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 dan saya masih berada di gerbang masuk bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.

Ketika akhirnya saya tiba di gerbang keberangkatan terminal 1A, si bapak supir taksi menoleh dan tersenyum penuh simpati kepada saya, dan berkata: Semoga Berhasil, Non!!! Waduh? Kok perasaan saya jadi tidak enak ya? Dengan langkah tergesa-gesa, saya mendekat pada loket check in maskapai penerbangan dan mencoba untuk menjelaskan duduk permasalahan saya. Namun, pegawai loket tidak memperbolehkan saya untuk masuk ke dalam boarding room, dengan alasan pesawat akan segera berangkat. "Masa sih Mbak? Coba tolong deh di-check dulu!" Mata si nona berbaju merah putih itu langsung melotot melihat kepada saya. Mungkin pikirnya: sudah terlambat, masih belagu pula! "Tidak bisa Mbak! Pintu boarding sudah ditutup. Coba deh bicara dengan atasan saya" Ia menunjuk seorang laki-laki yang sedang duduk di kursi dekat conveyer bagasi. Ternyata hari ini saya benar-benar mengalami kejadian seperti di film Holywood, ketinggalan pesawat! Akhhhhhh!

Tiba-tiba saya teringat kepada acara televisi reality show program travelling Amazing Race. Beberapa pesertanya pun sering mengalami kejadian seperti ini. Maka semangat juang saya untuk berangkat ke Surabaya kembali berkobar. Saya mendatangi loket maskapai penerbangan lain, untuk mendapatkan informasi jadwal keberangkatan ke Surabaya dengan asumsi bahwa saya harus tiba di bandara Juanda pada pukul 9.30, karena saya masih mempunyai tiket pesawat lanjutan Surabaya-Mataram yang akan berangkat pukul 10.00. Ternyata sebuah pesawat Lion Air akan berangkat pukul 8.30, sehingga tanpa ragu-ragu saya membeli tiket tersebut dan berjalan menuju bording room. Namun pesawat tersebut mengalami penundaan, sehingga baru tiba di Surabaya pada pukul 10.15. Menurut petugas bandara Juanda yang saya mintai keterangan, pesawat Merpati tujuan Mataram telah berangkat tepat pada waktunya. Otot kaki saya langsung lemas lunglai. Seluruh rencana saya untuk bisa berjemur di gili trawangan pun semakin kabur dan menghilang.

Namun, semangat saya kembali berkobar karena mengingat beberapa adengan di acara TV Amazing Race. Ayo....kamu pasti bisa! Maka dengan langkah sok penuh percaya diri, saya kembali menghampiri loket-loket maskapai penerbangan di bandara Juanda, dan saya pun mendapat jawaban yang sama: tiket Surabaya-Mataram sudah penuh! Waduh, teman-teman pasti sudah berjemur di pantai senggigi, masa gue berjemur di samping lumpur lapindo? Ah, sepertinya tidak menarik sama sekali. Mendingan gue cari tiket ke Bali aja deh, kata saya dalam hati.Tink.....tiba-tiba sebuah lampu pijar seperti menyala di samping kepala saya. Lebih baik mencari tiket ke Bali saja, baru besok paginya berangkat ke Mataram. Akhirnya saya mendapatkan tiket Surabaya-Bali yang berangkat pukul 15.00.

Ketika menginjakkan kaki di bandara Ngurah Rai Bali, jam tangan telah menunjukkan pukul 17.00. Terdapat perbedaan waktu satu jam antara kedua kota tersebut. Saya cukup mengenal kota Bali, sehingga mengetahui sebuah hotel yang murah namun nyaman di daerah Legian. Maka saya mencari taksi untuk bisa membawa saya ke sana. Mariza menghubungi pukul 18.00, ia sedang menikmati matahari tenggelam di pantai Senggigi-lombok sementara saya berada di pantai Kuta, Bali.

Keesokan harinya ketika matahari telah muncul di langit biru, saya pun bergegas berangkat ke bandara dan kali ini saya tidak terlambat. Tiket pesawat Merpati yang akan membawa saya berangkat ke Mataram telah terdapat dalam genggaman tangan. Jadwal keberangkatan pada pukul 7.00, namun menurut informasi petugas loket, akan terjadi penundaaan keberangkatan selama 1 jam. Maka selama menunggu, saya melihat sekeliling ruang tunggu. Beberapa turis asing berjalan hilir mudik di depan saya, kulit mereka telah berubah warna menjadi coklat gelap, sementara banyak orang Indonesia yang ingin mengubah warna kulitnya menjadi putih. Setelah lama menunggu, akhirnya pesawat saya pun berangkat menuju Mataram pada pukul 12.00. Bayangkan....saya harus menunggu 5 jam! Wow, betapa lamanya saya harus mondar-mandir seperti setrikaan di bandara! Saya pun merasa curiga dalam hati, jangan-jangan pesawat ini menunggu penumpang penuh seperti angkot? Di Bandara Selaparang Mataram, Mariza telah menunggu saya di depan pintu kedatangan. Ketika ia melihat saya keluar dari pintu, kalimat pertama yang diucapkannya: "Akhirnya datang juga!", sambil berkacak pinggang. Saya tersenyum simpul dan berjanji dalam hati untuk tidak pernah menyepelekan jam weker lagi.