Entry Populer

Rabu, 07 Januari 2009

Pepes Express

Matahari telah terbenam dan saya sedang berada di dalam kereta api yang menghubungkan kota Yogyakarta-Solo ketika secara tiba-tiba kaki kiri saya terasa sakit. Ternyata seorang pria berusia paruh baya sedang menginjak kaki tersebut. Auwww....teriak saya. Ekspresi wajah pria tersebut tidak berubah, seolah-olah teriakan itu hilang ditelan angin, padahal jarak di antara kami berdua hanya sejengkal tangan. Pria itu tetap mencoba berjalan di depan saya sambil berkata "Dimanakah istriku?". Ternyata ia sedang mencari istrinya yang terpisah gerbong kereta. Usahanya itu pun disambut teriakan marah dari beberapa orang yang berdiri di sebelah saya. Maklum saja, saat itu kondisi gerbong kereta api penuh dengan penumpang, untuk berdiri saja sudah sulit.

Inilah kondisi moda transportasi rakyat yang menghubungkan dua kota di Jawa Tengah tersebut dimana para penumpang hanya mengeluarkan biaya per-tiket Rp.7000 dengan waktu tempuh satu jam, sehingga tidak mengherankan bila banyak orang memilih membeli tiket kereta api sebagai alternatif transportasi terbaik. Namun seperti hal yang biasanya terjadi di dunia moda transportasi rakyat, jumlah gerbong yang disediakan pada jam puncak tidak dapat mengakomodir jumlah penumpang. Sehingga rakyat jelata pun harus rela berdesak-desakan di dalam kereta.

Saat saya masih berada di dalam kereta api yang diberi judul Prambanan Express ini, tiba-tiba makanan pepes jamur terlintas di pelupuk mata. Bagaimanakah perasaan jamur-jamur itu saat dimasak sebagai pepes? Apakah merasa kepanasan dan tidak dapat bergerak bebas? Lho, kok mirip keadaan saya di dalam kereta api ini ya? Jangan-jangan saya sedang berada di dalam pepes express? Hmm....

Tidak ada komentar: