Jumat, 09 Januari 2009

Penari Jalanan

Suasana jalan Malioboro di waktu sore menjelang detik-detik pergantian tahun baru 2009 sangatlah padat oleh manusia. Sebuah tenda biru yang terpasang di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, menarik perhatian saya. Terlihat banyak orang berkerumun di bawah tenda biru itu sambil membidikkan kamera saku mereka. Ternyata di lokasi dekat benteng Vredeburg Yogyakarta ini sedang berlangsung acara tari yang dilakukan oleh pengamen jalanan yang mayoritas berjenis kelamin pria namun merias wajah, mengenakan pakaian wanita dan menari secara gemulai. Mereka menaruh semacam kotak besar di depan kerumunan orang, berharap ada orang yang tergerak hatinya untuk menaruh uang di dalamnya.

Apakah keistimewaan para penari jalanan itu? Mengapa banyak orang tertarik untuk mengabadikan & melihat aktifitas ngamen tersebut? Beberapa pertanyaan terlintas dalam pikiran dan saya pun menemukan jawabannya saat dapat berdiri semakin dekat dengan kerumunan orang tersebut. Ternyata tergabung di dalam rombongan mereka, berdiri seorang penari yang telah terkenal baik di Indonesia maupun manca negara, ia adalah Didik Nini Thowok.

Berdasarkan tulisan yang pernah saya baca, Didik Nini Thowok memiliki semangat besar untuk memajukan kota Yogyakarta sebagai kota kebudayaan, sehingga ia pun mengadakan acara mengamen di pinggir jalan Malioboro dengan teman-teman penari. Menurutnya, dengan diadakannya acara menari di pinggir jalan ini, para turis manca negara akan tertarik untuk melihat salah satu kekayaan budaya Jawa. Ide ngamen jalanan ini terlintas pada saat beliau mengunjungi kota Paris dan Barcelona, dimana di dua kota besar Eropa tersebut para pengamen jalanan bebas untuk mengekspresikan diri mereka tanpa dipandang sebelah mata. Uang yang berhasil Didik dan teman-temannya kumpulkan ini akan disumbangkan kepada orang yang membutuhkan.

Terus terang, saya kagum dengan kerendahan hati dan semangat beliau untuk melestarikan budaya Indonesia. Semoga semakin banyak orang yang terinspirasi oleh sepak terjang seorang Didik Nini Thowok. Salute!


Sumber tulisan: Didik Nini Thowok: Busking for culture, turism; Slamet Susanto; The Jakarta Post;17/5/2008.

Tidak ada komentar: